Rabu, 27 April 2011

Melipatgandakan Nilai Shalat

“Tegakkanlah shalat, bayarlah zakat, dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk.” (QS. Al-Baqarah [2] : 43)
Shalat ialah ibadah fisik yang paling penting bagi seorang muslim. Ia tiang agama. Menegakkannya berarti menegakkan agama. Menghancurkannya sama dengan menghancurkan agama. Ia merupakan ibadah wajib yang rutin kita lakukan setiap hari. Setidaknya lima kali dalam sehari semalam. 35 kali dalam seminggu. 145 hingga 150 kali dalam sebulan. Demikian seterusnya. Anda bisa menghitung sendiri sudah berapa kali dan akan berapa kali lagi kira-kira mengerjakan shalat selama hidup.
Belum lama ini, saat membaca kitab Riyâdhus Shâlihîn, saya terkesan saat membaca sebuah hadits yang berisi keterangan tentang cara melipatgandakan nilai shalat. Cara itu sederhana, namun mampu mendongkrak nilai shalat menjadi berlipat ganda. Banyak di antara Anda yang telah melakukan cara itu. Yang belum saya yakin juga banyak. Sebagian lagi sudah melakukannya, tapi tidak sepenuhnya menyadari betapa luar biasa nilainya.Cara dahsyat melipatgandakan nilai shalat itu adalah menjalankannya secara berjama’ah di masjid. Baik di masjid yang digunakan untuk shalat Jumat maupun tidak.
Pertama-tama, hadits sahih tersebut menjelaskan bahwa nilai shalat jama’ah 23 hingga 29 derajat lebih utama dibandingkan shalat sendiri, baik di tempat kerja atau di rumah.
Selanjutnya, langkah menuju masjid juga ada nilainya. Berwudhu baik-baik di rumah, lalu berangkatlah ke masjid dengan niat semata-mata melaksanakan shalat, tidak ada motivasi keberangkatan kecuali untuk shalat. Maka setiap langkah akan diganjar dengan diangkatnya satu derajat kedudukan di sisi Allah dan diampunkannya satu kesalahan. Oleh karena itu, ada anjuran untuk berjalan menuju masjid dengan langkah tenang dan pendek-pendek. Dengan begitu, jumlah langkah Anda semakin banyak.
Memasuki masjid, setelah melaksanakan shalat sunnah tahiyatul masjid, Anda akan duduk menunggu. Meski hanya duduk menunggu, namun pahalanya sama dengan melaksanakan shalat.
Imam tiba, iqamah dikumandangkan. Anda berdiri di shaf dan menjalankan shalat dengan mengikuti gerakan imam yang memimpin dari awal hingga selesai shalat. Jangan langsung pulang. Duduklah sebentar untuk membaca doa dan dzikir. Selagi masih berada di tempat duduk, tidak mengganggu orang lain, dan belum batal wudhu, maka para malaikat mendoakan Anda. Mereka mengucapkan : “Ya Allah, sayangilah dia; ya Allah, ampunilah dia; ya Allah, berikanlah taubat kepadanya.”
Betapa kita membutuhkan doa para hamba Allah yang shalih agar Allah sayangi kita, mengampuni dosa dan menganugerahkan taubat kepada kita. Bagaimana jika doa itu diucapkan oleh para malaikat, hamba-hamba terdekat Allah yang selalu taat kepada-Nya, melaksanakan perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya? Bukankah doa mereka sangat kita butuhkan?
Demikianlah, hadits tersebut memberitahukan kepada kita perbedaan nilai yang luar biasa antara shalat sendirian di rumah dan shalat jama’ah di masjid. Perbedaan itu begitu terlihat meski hanya dalam sekali shalat. Bagaimana jika shalat berjama’ah itu kita lakukan secara rutin? Tentu akan membuat perbedaan yang saat ini mungkin belum kita membayangkan. Kita baru menyadari kelak ketika kita menghadap kepada Allah di Yaumul Hisab. Saat setiap catatan amal shalih menjadi sangat kita butuhkan. Terutama shalat yang merupakan amalan pertama diperhitungkan.
Baiklah, berikut ini hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim tersebut selengkapnya :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : صَلاَةُ الرَّجُلِ فِي جَمَاعَةٍ تَزِيْدُ عَلَى صَلاَتِهِ فِي سُوْقِهِ وَبَيْتِهِ بِضْعًا وَعِشْرِيْنَ دَرَجَةً ذَلِكَ أَنَّ أَحَدَهُمْ إِذَا تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوْءَ ثُمَّ أَتَى الْمَسْجِدَ لاَ يُرِيْدُ إِلاَّ الصَّلاَة لاَيَنْهَزُهُ ِإلاَّ الصَّلاَة لَمْ يَخْطُ خُطْوَةً إِلاَّ رَفَعَ لَهُ بِهَا دَرَجة وَحُطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيْئَةٌ حَتَّى يََدْخُلَ الْمَسْجِدَ فَإِذَا دَخَلَ الْمَسْجِدَ كَانَ فِي الصَّلاَةِ مَا كَانَتِ الصَّلاَةُ هِيَ تَحْبِسُهُ وَالْمَلاَئِكَةُ يُصَلُّوْنَ عَلَى أَحَدِكُمْ مَا دَامَ فِي مَجْلِسِهِ الَّذِي فِيْهِ. يَقُوْلُوْنَ : اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ أَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ أَللَّهُمَّ تُبْ عَلَيْهِ، مَا لَمْ يُؤْذِ فِيْهِ مَا لَمْ يُحْدِثْ فِيْهِ. (متفق عليه)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. bahwa ia berkata : Rasulullah saw. bersabda : “Shalat seseorang di masjid itu lebih utama daripada shalatnya di pasar atau rumahnya, sebanyak 23 hingga 29 kali lipat. Hal itu karena apabila salah seorang dari mereka berwudhu dengan sempurna, kemudian berangkat ke masjid, tidak ada yang diniatkannya selain shalat, tidak ada yang mendorong keberangkatannya kecuali shalat, maka setiap kali ia melangkahkan satu langkah, Allah mengangkat kedudukannya satu derajat dan menghapuskan satu dosa karenanya hingga ia masuk ke dalam masjid. Jika telah memasuki masjid, maka ia dinilai sedang shalat selama ia menunggu shalat. Para malaikat mendoakan salah seorang dari kamu selama ia di tempat duduknya. Mereka mengatakan : ‘Ya Allah sayangilah dia, ya Allah ampunilah dia, ya Allah berikanlah taubat kepadanya.’ Selama ia tidak mengganggu dan tidak berhadats (batal wudhu).” (HR. Muttafaq ‘Alaih)
Bukti Keimanan
Shalat berjamaah adalah sebagian cara memakmurkan masjid. Sedangkan memakmurkan masjid merupakan bukti keimanan. Allah telah memberikan kesaksian bahwa yang memakmurkan masjid hanyalah orang-orang beriman. Sebagaimana firman-Nya :
“Sesungguhnya, yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir serta menegakkan shalat, membayar zakat, dan tidak takut kecuali kepada Allah. Mereka itu pasti termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. At-Taubah [9] : 18)
Sahabatku ! Tidakkah kita sangat beruntung jika memperoleh kesaksian iman dari Allah? Tidakkah kita sangat beruntung jika mendapat jaminan pasti untuk menduduki satu tempat di kalangan orang-orang yang mendapat petunjuk? Yang menjadi pertanyaan kemudian, maukah kita shalat berjamaah di masjid?

Senin, 25 April 2011

Cinta Rasulullah Saw kepada Umatnya



Al Muslim akhul muslim (seorang muslim adalah saudara muslimnya sendiri). Kita lihat Sang Pembicara Nabiyyuna Muhammad Saw, orang yang paling mencintai seluruh muslimin. Kecintaan yang melebihi seluruh cinta. Cinta ayah dan ibu kepada anaknya tidak berani membela pendosa di hadapan Allah Swt di yaumal qiyamah. Cinta Sayyidina Muhammad Saw kepada umatnya (Nabi saw) membela dan meminta pengampunan bagi para pendosa disaat ayah dan ibu mundur atau kalau perlu tidak mengakui orang itu adalah anaknya, ketika anaknya seorang pendosa.
Nabiyyuna Muhammad Saw orang yang paling mencintai kita, tapi cintanya (Nabi saw) tidak terlihat di dunia tetapi terlihat jelas di yaumal qiyamah. Sehingga kelak semua orang di padang mahsyar mengakui bahwa betul ternyata tidak ada yang lebih perduli dan cinta kepadaku melebihi Sayyidina Muhammad Saw walaupun di dalam kehidupan dunia tidak jumpa. Kita tidak jumpa dengan Sang Nabi saw tapi airmata rindu beliau (Nabi saw) telah sampai kepada kita.
Diriwayatkan di dalam Shahih Muslim, ketika Rasul saw mengeluarkan airmata “aku merindukan saudara saudaraku”, siapa mereka ya Rasulullah? Mereka yang hidup setelah aku wafat, mereka lebih senang duduk melihat aku (Nabi saw) daripada duduk di dalam pekerjaannya, di dalam keluarganya dan di dalam hartanya.
Kelompok kelompok seperti ini adalah kelompok kelompok yang dirindukan oleh Nabiyyuna Muhammad Saw. Karena kita disini tidak melihat Rasulullah Saw, kita sudah tinggalkan keluarga kita di rumah, meninggalkan pekerjaan dan duduk disini. Disini tidak ada Rasulullah. Bagaimana kalau ada Rasul saw? barangkali dari kemarin atau dari seminggu yang lalu sudah penuh masjid ini dari banyaknya orang yang ingin melihat wajah Nabiyyuna Muhammad Saw. Ini menunjukkan kecintaan akan Sang Nabi saw dan beliau (Nabi saw) merindukan kelompok kelompok, merindukan berjumpa dengan wajah wajah ini. Inilah cinta yang semulia mulia cinta, inilah yang paling hakiki dan tidak pernah terputus. Sebagaimana riwayat lainnya ketika seseorang mencintai lainnya, berbuat sedikit saja yang menyinggung hatinya, putus dan sirna cintanya berubah menjadi kebencian.
Cinta Sang Nabi Saw sampai ke yaumal qiyamah. Adakah yang melebihi cintanya Sang Nabi saw kepada kita? Allah Allah Allah Swt yang menciptakan Nabiyyuna Muhammad saw dengan maksud untuk mencintai kita. Kenapa Sang Nabi saw mencintai kita sedemikian hebatnya? karena Allah Swt yang menciptakan demikian. Memang Allah Swt menghendaki engkau dicintai dan disayangi oleh Nabimu (Muhammad saw). Allah Swt yang memilih nama kita untuk muncul di umat ini dalam kelompok Sayyidina Muhammad Saw. Fulan bin fulan akan masuk ke dalam kelompok umat Ku yaitu Muhammad saw dan akan dicintai oleh Nabinya (Muhammad saw), cinta beliau (Nabi saw) kepada umatnya (Nabi saw). Maka berikut ujian yang tiada henti kepada Yang Maha Indah yang membuat kita dicintai dan selalu dalam naungan doa doa Muhammad Rasulullah saw.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari, Rasul saw didatangi oleh beberapa Sahabat mengadu perbuatan salah seorang sahabat lainnya. Seorang sahabat itu berkata “aku kalau melihat istriku ada bersama laki laki lain maka akan kubunuh”. Para sahabat mengadu “ya Rasulullah sahabat itu sampai begitu marahnya”. Katanya kalau ada laki laki lain bersama istrinya akan ia bunuh dengan pedangnya. Rasul saw tersenyum seraya berkata “kalian memangnya kenapa? heran dengan cemburunya Sa’ad..?, Ra”. Kalian kenapa heran dengan cemburu dan cintanya. Rasul saw berkata “aku ini lebih pencemburu daripada Sa’ad ra”. Apa maksudnya? Rasul saw lebih mencintai umatnya daripada cinta Sa’ad kepada istrinya. Cintanya (Nabi saw) kepada umatnya (Muhamad saw) melebihi cintanya suami kepada istri atau cinta istri kepada suami atau cinta ibu kepada anaknya.
Diteruskan lagi oleh Rasul saw “dan Allah Swt lebih pencemburu daripada aku”. Allah Swt lebih mencintai kita daripada siapa – siapa yang lainnya. Rasul saw berkata “oleh sebab itu karena Allah pencemburu (cemburu itu kan datangnya dari cinta) maka Allah haramkan perbuatan buruk dan perbuatan jahat yang terlihat dan yang tidak terlihat”. Kenapa? karena ingin selalu dekat dengan hamba Nya. Tidak mau jauh dari hamba Nya, tidak mau hamba Nya terjerumus dan menjauh karena dosa. Oleh sebab itu Allah Swt haramkan perbuatan jahat dan perbuatan keji yang terlihat dan yang tidak terlihat. Karena apa?karena cinta Nya (Allah Swt).
Orang yang mencintai itu kan selalu ingin dekat, tidak ingin jauh dari yang ia cintai. Dilihat kekasihnya menjauh sedikit, tidak senang. Oleh sebab itu Allah Swt bukan mengatakan makruh perbuatan keji dan perbuatan dosa, tetapi haram. Kenapa? supaya hamba Nya ini tidak jauh dari Allah Swt, ingin selalu dekat dengan hamba Nya. Tidak ada yang lebih ingin dekat kepada kita selain Allah Swt.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Tidak ada yang lebih Pemaaf dari Allah Swt, tidak ada yang mengundang hamba Nya sampai 50 waktu setiap harinya melebihi Allah Swt. Cinta yang tidak bisa ternilai dan terbayangkan ingin jumpa 50X hamba Nya disuruh menghadap 50X sehari. Diberi keringanan sampai 5X tapi sama dengan 50X. Subhanallah!! Dari tidak inginnya Allah Swt jauh dari kita walaupun hamba Nya terjebak. Kalau seandainya yang ada keadilan bukan cinta, saat menjauh dihukum, berbuat dosa dihukum. Sekali berbuat maksiat dengan lidahnya, Allah Swt jadikan lidahnya terbakar misalnya namun tidak, ditawarkan Maaf Nya. Sudah menjauh namun dipanggil lagi kepada pintu Pengampunan Nya. Demikian cinta.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Yang dilanggar kalau berbuat dosa itu siapa? Kan Allah Swt yang disakiti perasaan Nya. Seseorang ketika cinta pada orang lain perasaannya disakiti makin ingin dekat atau makin ingin jauh. Kalau cintanya hanya sekedar cinta di mulut saja, makin orang yang dicintainya berbuat hal yang tidak disukai, ditinggal tidak mau lagi berteman. Hilang cintanya, berbeda dengan Allah semakin hamba Nya berbuat dosa semakin ditawarkan Maaf Nya. Masih ingin dekat dengan Ku wahai pendosa? Ku terima. Jalallahu Yang Maha Indah Menerangi hamba hamba Nya, beruntung jiwa yang merindukan Allah Swt.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Dan Rasul saw bersabda “tiada pula yang lebih menyukai udzur melebihi Allah Swt”. Udzur itu alasan, minta maaf sudah berbuat salah. Siapa? orang orang yang lain tidak senang, kalau salah saja ya salah saja, sudah tidak usah banyak alasan. Allah Swt menyukai Maaf dan Memaafkan. Oleh sebab itu diutuslah Sang Pembawa kabar baik, kabar gembira dan Sang Pembawa Peringatan yaitu Nabiyyuna Muhammad Saw. Supaya apa? supaya hamba Nya kenal dengan ajaran yang mendekatkan kita kepada Allah Swt.


Sumber : http://majlisrasulullah.org/

KEUTAMAAN MENGHADIRI MAJLIS ILMI


1. Menuntut Ilmu Syar’i merupakan Jalan untuk ke Surga. Semua kita berharap kelak akan masuk surga, saatnya kita hari ini mempersiapkannya, ayoo ! mumpung badan masih sehat dan tenaga masih kuat, jangan sia-siakan akhi ?
وَعَنْ أبي الدَّرْداءِ ، رضي اللَّه عَنْهُ ، قَال : سمِعْتُ رَسُول اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ، يقولُ: « منْ سلك طَريقاً يَبْتَغِي فِيهِ علْماً سهَّل اللَّه لَه طَريقاً إلى الجنةِ ، وَإنَّ الملائِكَةَ لَتَضَعُ أجْنِحَتَهَا لِطالب الْعِلْمِ رِضاً بِما يَصْنَعُ ، وَإنَّ الْعالِم لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ منْ في السَّمَواتِ ومنْ في الأرْضِ حتَّى الحِيتانُ في الماءِ ، وفَضْلُ الْعَالِم على الْعابِدِ كَفَضْلِ الْقَمر عَلى سائر الْكَوَاكِبِ، وإنَّ الْعُلَماءَ وَرَثَةُ الأنْبِياءِ وإنَّ الأنْبِياءَ لَمْ يُورِّثُوا دِينَاراً وَلا دِرْهَماً وإنَّما ورَّثُوا الْعِلْمَ ، فَمنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحظٍّ وَافِرٍ » . رواهُ أبو داود والترمذيُّ .
Abu Darda’ ra berkata : Saya telah mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang melalui suatu jalan untuk menuntut ilmu syar’i, Allah akan mudahkan baginya jalan untuk ke surga. Dan para Malaikat selalu meletakkan sayapnya menaungi para pelajar karena senang dengan perbuatan mereka. Dan orang yang berilmu (Pengajar) dimintakan ampun oleh penduduk langit dan bumi dan ikan-ikan di dalam air. Kelebihan orang yang berilmu atas ahli ibadah bagaikan kelebihan sinar bulan atas lain-lain bintang. Sesungguhnya orang-orang yang berilmu adalah pewaris nabi-nabi. Sesungguhnya Nabi-nabi tidak mewariskan uang dinar dan dirham hanya mereka mewariskan ilmu agama, maka siapa yang mendapatkannya berarti telah mengambil bahagian yang besar”. (HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi).
2. Keluar Rumah Untuk Menuntut Ilmu Syar’i termasuk bagian dari Jihad di jalan Allah di samping jihad-jihad lainnya, Kenapa tidak akhi lakukan, Padahal akhi telah menyatakan diri menjadi seorang mujahid ? Peluang dan kesempatan telah ada di hadapan akhi ! Mulailah dari yang ringan dulu !
وَعَنْ أنسٍ ، رضي اللَّه عنْهُ قالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ، صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « مَن خرَج في طَلَبِ العِلمِ ، فهو في سَبيلِ اللَّهِ حتى يرجِعَ » رواهُ الترْمِذيُّ وقال :  حديثٌ حَسنٌ  .
Anas ra berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Siapa yang keluar rumah untuk menuntut ilmu syar’i , maka ia berjihad di jalan Allah hingga ia kembali. (HR. At-Tirmidzi).
3. Semua yang ada di dunia ini di sisi Allah adalah terkutuk. Bagaimana agar diri kita tidak termasuk orang yang dikutuk oleh Allah dan Rasul-Nya, mari kita bersegera menyambut seruan Rasul SAW tersebut ! Diantaranya menjadi orang yang berilmu, atau orang yang menuntut ilmu.
وَعنْهُ قَالَ  : سمِعْتُ رسُول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يَقُولُ : « الدُّنْيَا ملْعُونَةٌ ، ملْعُونٌ ما فِيهَا، إلاَّ ذِكرَ اللَّه تَعَالى ، وما والاَهُ ، وعَالماً ، أوْ مُتَعلِّماً » رواهُ الترمذيُّ وقال : حديثٌ حسنٌ.
Abu Hurairah Ra berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda : “Dunia ini terkutuk, dan segala isinya-pun terkutuk kecuali dzikrullah (orang yang taat pada Allah) dan yang serupa itu, dan orang yang berilmu serta penuntut ilmu. (HR.At-Tirmidzi).
4. Hadir dalam mejelis Ilmu merupakan kebanggaan orang yang beriman. Kalau kita termasuk orang yang beriman, mari kita bergegas dan bersegera untuk hadir di majelis ilmu sebelum terlambat. Ingat akhi, kalau nama akhi ingin di sebut-sebut oleh Allah SWT di hadapan para Malaikat-Nya maka hadirlah dalam majelis ilmu !
عنْ أَبي سعيدٍ رضِي اللَّه عنْهُمَا قالا : قَالَ رسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « لا يَقْعُدُ قَوْمٌ يذْكُرُونَ اللَّهَ إِلاَّ حفَّتْهُمُ الملائِكة ، وغشِيتهُمُ الرَّحْمةُ ونَزَلَتْ علَيْهِمْ السَّكِينَة ، وذكَرَهُم اللَّه فِيمن عِنْدَهُ » رواه مسلم .
Dari Abi Sa’id al-Khudri ra berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Tiada suatu kaum yang duduk dalam majelis dzikir kepada Allah ( Majelis Ilmu ), pasti dikelilingi Malaikat dan diliputi rahmat Allah dan diturunkan pada mereka ketenangan dan ketentraman serta namanya disebut oleh Allah di depan para Malaikat-Nya. (HR.Muslim).

Jumat, 22 April 2011

TENTANG SHOLAT BERJAMAAH

Sholat berjamaah di masjid adalah salah satu ciri utama masyarakat Islam. Dalam banyak ayat-Nya, Allah SWT memuji kaum muslimin yang komitmen dengan sholat berjamaah dan mencela orang yang menganggap remeh persoalan ini.

Di antara pujian Allah adalah :
1. Sholat berjamaah dijadikan salah satu indikator kesuksesan orang-orang mukmin. Allah berfirman:
"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman (1)... Dan orang-orang yang memelihara sholatnya (9)." (QS. Al Mu'minun : 1 dan 9)

2. Sholat berjamaah adalah salah satu indikator masyarakat yang bersyukur atas kemenangan yang di anugerahkan Allah kepada mereka. Allah berfirman:

"(yaitu) orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sholat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan." (QS. Al Hajj : 41)

Orang yang melalaikan dan menganggap remeh persoalan ini digambarkan oleh Allah sebagai salah satu sifat orang munafiq. Allah berfirman :
"Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan Karena mereka kafir kepada Allah dan RasulNya dan mereka tidak mengerjakan sembahyang, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan." (QS. At Taubah : 54)

Sholat jamaah adalah sunnah agung dari Rasulullah yang tidak boleh diabaikan. Jika diabaikan bisa berdampak kepada kesesatan. Ibnu Mas'ud menggambarkan urgensi sholat jamaah sebagai berikut :

"Barangsiapa yang ingin berjumpa dengan Allah di hari esok dalam keadaan muslim hendaklah dia menjaga sholat-sholat mereka secara berjamaah di mana mereka diseru. Sesungguhnya Allah mensyariatkan kepada Nabi kalian sunnah yang agung, dan sholat berjamaah adalah diantara sunnah yang agung tersebut. Andaikan kalian sholat di rumah-rumah kalian sebagaimana orang-orang yang 'suka tertinggal' itu sholat di rumahnya, maka kalian sudah meninggalkan sunnah Nabi kalian. Jika kalian sudah meninggalkan sunnah Nabi kalian, maka kalian sudah tersesat. Tidak ada seorangpun yang berwudhu' dengan sempurna, lalu berangkat ke masjid, kecuali Allah menulis untuk setiap langkahnya satu kebaikan, mengangkatnya satu derajat, dan menggugurkan satu kesalahan. Aku menyaksikan komunitas kami, tidak ada yang meninggalkan sholat jamaah kecuali munafik yang jelas kemunafikannya. Bahkan ada orang yang datang ke masjid dengan cara dibopong oleh dua orang sampai dia sampai ke shaf (sebagai bukti kesungguhan mereka melaksanakan sunnah Rasulullah)"

Dalam hadits lain disebutkan bahwa shaf yang tidak lurus saat sholat berjamaah adalah indikator tidak beresnya barisan kaum muslimin. Rasulullah bersabda saat meluruskan shaf :

”Dari Ibnu Mas'ud RA berkata : Rasulullah SAW menarik pundak-pundak kami pada saat mulai sholat. Beliau bersabda : luruskanlah shaf dan janganlah kalian berselisih sehingga hati-hati kalian menjadi berselisih. Hendaklah berdiri di belakangku orang-orang yang berilmu, kemudian orang setelahnya, kemudian orang setelahnya. Ibnu Mas'ud berkata : "Kalian hari ini perselisihannya jauh lebih hebat"

Jika shaf yang tidak lurus saat sholat jamaah menjadi salah satu indikator adanya ketidakberesan di dalam shaf kaum muslimin, apalagi meninggalkan sholat berjamaah.
Berdasarkan pemahaman yang dalam akan syariat Islam, Al Imam Hasan Al Banna berwasiat kepada para kader dakwah untuk segera menunaikan sholat berjamaah ketika adzan sudah berkumandang.

"Dirikanlah sholat kapan saja kamu mendengar adzan, bagaimanapun kondisimu".

.

materi referensi:

- Bhulughul Maram

Keutamaan Infaq di jalan Allah

SALAH satu kewajiban dalam masalah harta kekayaan adalah infak (infaq), yakni menyerahkan sebagian harta itu untuk kepentingan Islam dan kaum Muslimin, utmanya zakat yang menjadi bagian rukun Islam. Infak sendiri artinya ”mengeluarkan harta”, baik berupa zakat maupun nonzakat. Infak terbagi dua, wajib dan sunah. Infak wajib di antaranya zakat, kafarat (denda), dan nadzar (janji).
Infak sunah di antaranya memberi harta kepada fakir miskin sesama Muslim, dan sumbangan bagi korban bencana.
Infak sekecil apa pun mendapatkan imbalan pahala dan berkah dari Allah SWT. Bahkan, menurut Rasulullah Saw, ada malaikat yang senantiasa berdoa bagi para munfik (orang yang berinfak) dan yang tidak berinfak.
Dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim disebutkan, ada malaikat yang senantiasa berdo’a setiap pagi dan sore: “Ya Allah SWT berilah orang yang berinfak gantinya. Dan berkata yang lain: “Ya Allah jadikanlah orang yang menahan infak, kehancuran”.
Salah satu hikmah keberadaan orang kaya dan miskin adalah infak. Maksudnya, orang kaya diuji oleh Allah dengan kekayaannya: apakah ia bersedia infak kepada kaum miskin, mendanai dakwah dan jihad fi sabilillah, memasukkan ”uang receh” ke dalam kotak amal atau kencleng masjid, dan sebagainya.
Kadangkala, kita merasa nilai uang Rp 10.000 itu sangat kecil, terlalu kecil, jika kita berada di mal atau pasar. Namun, kita merasa uang Rp 10 ribu itu sangat besar, bahkan terlalu besar, jika harus dimasukkan ke dalam kencleng masjid. Padahal, masjid membutuhkan dana tidak sedikit untuk biaya operasional: bayar listrik, telefon, transportasi ustadz/penceramah, biaya perawatan masjid, dan sebagainya.
PARA sahabat Nabi Saw sudah memberi teladan sangat baik dalam hal infak. Mereka berlomba-lomba menginfakkan harta demi pendanaan operasional dakwah dan jihad fi sabilillah.
Para sahabat Nabi yang kaya raya itu, seperti ungkapan Umar bin Khattab: ”menyimpan hartanya di tangan, bukan di hati. Mereka pun tidak menjadi budak harta, tetapi menjadikan harta itu sebagai sarana amal saleh –menginfakkannya di jalan Allah Swt.
Bagi para sahabat Nabi, berinfak adalah ”hobi”. Sebuah hobi sulit ditinggalkan. Abu Bakar pernah menginfakkan seluruh hartanya untuk membantu dana jihad; Umar bin Khattab menginfakkan separuh hartanya.
“Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya, padahal tidak ada seseorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya, tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya yang Maha Tinggi, Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan” (QS. Al-Lail: 17-21).
Rasulullah Saw memberikan motivasi dengan menggambarkan betapa besar pahala infak fi sabilillah. Gemar berinfak, dengan demikian, harus digalakkan di kalangan umat, khususnya umat Islam golongan kaya (aghniya), agar ”tidak pelit” untuk mendanai dakwah dan jihad fi sabilillah, demi tegaknya syiar Islam dan martabat kaum Muslimin.
Di sisi lain, motivasi gemar berinfak juga mendorong umat Islam untuk bekerja mencari nafkah atau rezeki yang halal, bahkan menjadi kaya-raya, agar mampu berinfak fi sabilillah.
PAHALA infak sangat besar. Imam Muslim mengeluarkan hadits dari Abu Mas’ud Al-Anshari ra. Dia berkata, suatu ketika seorang lelaki datang kepada Nabi Saw dengam menarik seekor unta yang terikat tali di hidungnya, lalu menyerahkannya kepada beliau. Katanya: “Ini untuk sabilillah!” Maka berkata Rasulullah Saw: “Gantinya nanti di hari kiamat 700 ekor unta, semuanya dengan bertali di hidungnya” (HR. Muslim).
Imam Ahmad mengeluarkan dari Abdullah bin As-Shamit, dia berkata: pernah pada suatu ketika, aku berjihad (berperang) bersama-sama Abu Dzar ra. Maka setelah dibagi-bagi ghanimah (harta rampasan perang), dia mendapat bagiannya termasuk seorang jariah. Lalu dia pun membeli segala keperluannya, dan masih ada lagi banyak yang tersisa. Lalu dia menyuruh jariah tadi menukarkannya dengan mata uang untuk dibagi-bagikan kepada semua orang yang memerlukannya. Aku berkata kepada Abu Dzar: “Biarlah jariah itu menahan dulu uang itu untuk keperluan di lain hari, ataupun mana tahu jika datang tamu, maka Engkau tentu memerlukannya?” Abu Dzar menjawab: “Temanku (Rasulullah Saw) sudah membuat perjanjian kepadaku, bahwa apa saja emas atau perak yang disimpan, maka itu sama dengan gumpalan api neraka disimpan oleh tuannya, sehingga diinfakkan semuanya di jalan Allah Azzawajalla.
Dalam riwayat Ahmad dan Thabarani yang lain, siapa yang menyimpan emas atau perak, dan tidak diinfakkannya pada jalan Allah, maka semuanya akan menjadi gumpalan-gumpalan api kelak di hari kiamat, dan akan disetrikakan tuannya (pemiliknya) dengan gumpalan-gumpalan api itu (At-Targhib Wat-Tarhib).
Thabarani telah mengeluarkan di dalam kitabnya ‘Al-Awsath’ dari Qais bin Salk Al-Anshari ra., bahwa saudara-saudaranya telah mengadukan halnya kepada Rasulullah Saw. Mereka berkata: ”Saudara kami Qais suka membuang-buang hartanya, dan terlalu mewah sekali dalam berinfak”. Lalu Qais datang kepada Rasulullah Saw: ”Wahai Rasulullah! Aku mengambil bagianku dari korma dan berinfak untuk orang-orang yang keluar berjihad fi sabilillah, dan kepada siapa yang mengikutiku.” Mendengar hal itu, Rasulullah pun menepuk dadanya seraya berkata secara berulang (tiga kali): ”Infakkanlah harta di jalan Allah, niscaya Allah akan menginfakkan gantinya.” Pada lain waktu, aku keluar berjihad fi sabilillah dan aku sudah mempunyai kendaraan sendiri, dan aku orang yang paling banyak harta dan yang terkaya di antara kaum keluargaku pada hari ini.” (At-Targhib Wat-Tarhib) .
Thabarani telah mengeluarkan berita dari Mu’az bin Jabal ra. dia berkata: Rasulullah SAW telah bersabda:
Sangat beruntung orang yang memperbanyakkan dzikir kepada Allah ketika sedang berjihad fi sabilillah, kerana baginya buat setiap kalimah tujuh puluh ribu hasanah, setiap hasanah darinya sama dengan sepuluh kali ganda apa yang ada di sisinya dari tambahannya.”
Para sahabat bertanya pula: ”Bagaimana pula dengan menginfakkan harta fi sabilillah, ya Rasulullah?” Jawab beliau: ”Menginfakkan harta sama kadarnya dengan yang demikian.”
Al-Qazwini telah mengeluarkan berita dari seorang yang tidak terkenal dan beritanya mursal kepada Nabi SAW dari Al-Hasan, dari Ahmad, Abu Dardak, Abu Hurairah, Abu Umamah Abdullah bin Amru,jabir dan lmran bin Hushain-radhiallahu-anhum marfuk kepada Nabi SAW bahwa beliau telah berkata:
”Barangsiapa yang mengeluarkan hartanya fi sabilillah, dan dia duduk di rumahnya, maka baginya pahala bagi setiap dirham 700 dirham. Dan barangsiapa berperang serta bernafkah sekaligus fi sabilillah, maka baginya buat setiap dirham 700,000 dirham.” Kemudian beliau membaca firman Allah yang bermaksud: ”Dan Allah menggandakan pahalanya kepada siapa yang disukainya.” Wallahu a’lam.*



Selasa, 19 April 2011

Keutamaan Berbakti Kepada Kedua Orang Tua dan Pahalanya

Di Antara Fadhilah (Keutamaan) Berbakti Kepada Kedua Orang Tua. Pertama Bahwa berbakti kepada kedua orang tua adalah amal yang paling utama. Dengan dasar diantaranya yaitu hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang disepakati oleh Bukhari dan Muslim, dari sahabat Abu Abdirrahman Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu.

“Artinya : Dari Abdullah bin Mas’ud katanya, “Aku bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang amal-amal yang paling utama dan dicintai Allah ? Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

Pertama
Shalat pada waktunya (dalam riwayat lain disebutkan shalat di awal waktunya), kedua berbakti kepada kedua orang tua, ketiga jihad di jalan Allah” [Hadits Riwayat Bukhari I/134, Muslim No.85, Fathul Baari 2/9] Dengan demikian jika ingin kebajikan harus didahulukan amal-amal yang paling utama di antaranya adalah birrul walidain (berbakti kepada kedua orang tua).

Kedua
Bahwa ridla Allah tergantung kepada keridlaan orang tua. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad, Ibnu HIbban, Hakim dan Imam Tirmidzi dari sahabat Abdillah bin Amr dikatakan.

“Artinya : Dari Abdillah bin Amr bin Ash Radhiyallahu ‘anhuma dikatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ridla Allah tergantung kepada keridlaan orang tua dan murka Allah tergantung kepada kemurkaan orang tua” [Hadits Riwayat Bukhari dalam Adabul Mufrad (2), Ibnu Hibban (2026-Mawarid-), Tirmidzi (1900), Hakim (4/151-152)]

Ketiga
Bahwa berbakti kepada kedua orang tua dapat menghilangkan kesulitan yang sedang dialami yaitu dengan cara bertawasul dengan amal shahih tersebut. Dengan dasar hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Ibnu Umar. “Artinya : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pada suatu hari tiga orang berjalan, lalu kehujanan. Mereka berteduh pada sebuah gua di kaki sebuah gunung. Ketika mereka ada di dalamnya, tiba-tiba sebuah batu besar runtuh dan menutupi pintu gua. Sebagian mereka berkata pada yang lain, ‘Ingatlah amal terbaik yang pernah kamu lakukan’. Kemudian mereka memohon kepada Allah dan bertawassul melalui amal tersebut, dengan harapan agar Allah menghilangkan kesulitan tersebut. Salah satu diantara mereka berkata, “Ya Allah, sesungguhnya aku mempunyai kedua orang tua yang sudah lanjut usia sedangkan aku mempunyai istri dan anak-anak yang masih kecil. Aku mengembala kambing, ketika pulang ke rumah aku selalu memerah susu dan memberikan kepada kedua orang tuaku sebelum orang lain. Suatu hari aku harus berjalan jauh untuk mencari kayu bakar dan mencari nafkah sehingga pulang telah larut malam dan aku dapati kedua orang tuaku sudah tertidur, lalu aku tetap memerah susu sebagaimana sebelumnya. Susu tersebut tetap aku pegang lalu aku mendatangi keduanya namun keduanya masih tertidur pulas. Anak-anakku merengek-rengek menangis untuk meminta susu ini dan aku tidak memberikannya. Aku tidak akan memberikan kepada siapa pun sebelum susu yang aku perah ini kuberikan kepada kedua orang tuaku. Kemudian aku tunggu sampai keduanya bangun. Pagi hari ketika orang tuaku bangun, aku berikan susu ini kepada keduanya. Setelah keduanya minum lalu kuberikan kepada anak-anaku. Ya Allah, seandainya perbuatan ini adalah perbuatan yang baik karena Engkau ya Allah, bukakanlah. “Maka batu yang menutupi pintu gua itupun bergeser” [Hadits Riwayat Bukhari (Fathul Baari 4/449 No. 2272), Muslim (2473) (100) Bab Qishshah Ashabil Ghaar Ats Tsalatsah Wat-Tawasul bi Shalihil A'mal]

Ini menunjukkan bahwa perbuatan berbakti kepada kedua orang tua yang pernah kita lakukan, dapat digunakan untuk bertawassul kepada Allah ketika kita mengalami kesulitan, Insya Allah kesulitan tersebut akan hilang. Berbagai kesulitan yang dialami seseorang saat ini diantaranya karena perbuatan durhaka kepada kedua orang tuanya.
Kalau kita mengetahui, bagaimana beratnya orang tua kita telah bersusah payah untuk kita, maka perbuatan ‘Si Anak’ yang ‘bergadang’ untuk memerah susu tersebutbelum sebanding dengan jasa orang tuanya ketikamengurusnya sewaktu kecil.
‘Si Anak’ melakukan pekerjaan tersebut tiap haridengan tidak ada perasaan bosan dan lelah atau yanglainnya. Bahkan ketika kedua orang tuanya sudah tidur,dia rela menunggu keduanya bangun di pagi hari meskipun anaknya menangis. Ini menunjukkan bahwakebutuhan kedua orang tua harus didahulukan daripadakebutuhan anak kita sendiri dalam rangka berbakti kepada kedua orang tua. Bahkan dalam riwayat yang lain disebutkan berbakti kepada orang tua harus didahulukan dari pada berbuat baik kepada istri sebagaimana diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhuma ketika diperintahkan oleh bapaknya (Umar bin Khaththab) untuk menceraikan istrinya, ia bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ceraikan istrimuu” [Hadits Riwayat Abu Dawud No. 5138, Tirimidzi No. 1189 beliau berkata, "Hadits Hasan Shahih"]
Dalam riwayat Abdullah bin Mas’ud yang disampaikan sebelumnya disebutkan bahwa berbakti kepada kedua orang tua harus didahulukan daripada jihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Begitu besarnya jasa kedua orang tua kita, sehingga apapun yang kita lakukan untuk berbakti kepada kedua orang tua tidak akan dapat membalas jasa keduanya. Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari disebutkan bahwa ketika sahabat Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhuma melihat seorang menggendong ibunya untuk tawaf di Ka’bah dan ke mana saja ‘Si Ibu’ menginginkan, orang tersebut bertanya kepada, “Wahai Abdullah bin Umar, dengan perbuatanku ini apakah aku sudah membalas jasa ibuku.?” Jawab Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhuma, “Belum, setetespun engkau belum dapat membalas kebaikan kedua orang tuamu” [Shahih Al Adabul Mufrad No.9]

Orang tua kita telah megurusi kita mulai dari kandungan dengan beban yang dirasakannya sangat berat dan susah payah. Demikian juga ketika melahirkan, ibu kita mempertaruhkan jiwanya antara hidup dan mati. Ketika kita lahir, ibu lah yang menyusui kita kemudian membersihkan kotoran kita. Semuanya dilakukan oleh ibu kita, bukan oleh orang lain. Ibu kita selalu menemani ketika kita terjaga dan menangis baik di pagi, siang atau malam hari. Apabila kita sakit tidak ada yang
bisa menangis kecuali ibu kita. Sementara bapak kita juga berusaha agar kita segera sembuh dengan membawa ke dokter atau yang lain. Sehingga kalau ditawarkan antara hidup dan mati, ibu kita akan memilih mati agar kita tetap hidup. Itulah jasa seorang ibu terhadap anaknya.

Keempat
Dengan berbakti kepada kedua orang tua akan diluaskan rizki dan dipanjangkan umur. Sebagaimana dalam hadits yang disepakati oleh Bukhari dan Muslim, dari sahabat Anas Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Artinya : Barangsiapa yang suka diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi” [Hadits Riwayat Bukhari 7/72, Muslim 2557, Abu Dawud 1693]

Dalam ayat-ayat Al-Qur’an atau hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dianjurkan untuk menyambung tali silaturahmi. Dalam silaturahmi, yang harus didahulukan silaturahmi kepada kedua orang tua sebelum kepada yang lain. Banyak diantara saudara-saudara kita yang sering ziarah kepada teman-temannya tetapi kepada orang tuanya sendiri jarang bahkan tidak pernah. Padahal ketika masih kecil dia selalu bersama ibu dan bapaknya. Tapi setelah dewasa, seakan-akan dia tidak pernah berkumpul bahkan tidak kenal dengan kedua orang tuanya. Sesulit apapun harus tetap diusahakan untuk bersilaturahmi kepada kedua orang tua. Karena dengan dekat kepada keduanya insya Allah akan dimudahkan rizki dan dipanjangkan umur. Sebagaimana dikatakan oleh Imam Nawawi bahwa dengan silaturahmi akan diakhirkannya ajal dan umur seseorang.[1] walaupun masih terdapat perbedaan dikalangan para ulama tentang masalah ini, namun pendapat yang lebih kuat berdasarkan nash dan zhahir hadits ini bahwa umurnya memang benar-benar akan dipanjangkan.

Kelima
Manfaat dari berbakti kepada kedua orang tua yaitu akan dimasukkan ke jannah (surga) oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di dalam hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam disebutkan bahwa anak yang durhaka tidak akan masuk surga. Maka kebalikan dari hadits tersebut yaitu anak yang berbuat baik kepada kedua orang tua akan dimasukkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala ke jannah (surga).

Dosa-dosa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala segerakan adzabnya di dunia diantaranya adalah berbuat zhalim dan durhaka kepada kedua orang tua. Dengan demikian jika seorang anak berbuat baik kepada kedua orang tuanya, Allah Subahanahu wa Ta’ala akan menghindarkannya dari berbagai malapetaka, dengan izin Allah.


Sumber ; http://harymawan.wordpress.com

Minggu, 17 April 2011

Mukjizat - Mukjizat Nabi Muhammad S.A.W.

Mukjizat Nabi Muhammad SAW adalah kemampuan luar biasa yang dimiliki nabi Nabi Muhammad SAWuntuk membuktikan kenabiannya. Dalam Islam, mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW adalah Al-Qur’an. Selain itu, Nabi Muhammad SAW juga diyakini pernah membelah bulan pada masa penyebaran Islam di Mekkah dan melakukan Isra dan Mi’raj tidak sampai satu hari. Kemampuan lain yang dimiliki Nabi Muhammad SAW adalah kecerdasannya mengenai ilmu ketuhanan. Hal ini tidak sebanding dengan dirinya yang ummi atau buta huruf. Walau begitu, umat Islam meyakini bahwa setiap hal dalam kehidupan Nabi Muhammad SAWadalah mukjizat. Hal itu terbukti dari banyaknya kumpulan hadits yang diceritakan para sahabat mengenai berbagai mukjizat Nabi Muhammad SAW. Berikut ini adalah  mukjizat-mukjizat yang dimiliki Nabi Muhammad SAW :

Masa Kecil Muhammad S.A.W.

  1. Aminah binti Wahab, ibu Nabi Muhammad SAW pada saat mengandung Nabi Muhammad SAW tidak pernah merasa lelah seperti wanita pada umumnya.
  2. Saat melahirkan Nabi Muhammad SAW, Aminah binti Wahab tidak merasa sakit seperti wanita sewajarnya.
  3. Nabi Muhammad SAW dilahirkan dalam keadaan sudah berkhitan.
  4. Pada usia 5 bulan ia sudah pandai berjalan, usia 9 bulan ia sudah mampu berbicara dan pada usia 2 tahun ia sudah bisa dilepas bersama anak-anak Halimah yang lain untuk menggembala kambing.
  5. Halimah binti Abi-Dhua’ib, ibu susuan Nabi Muhammad SAW dapat menyusui kembali setelah sebelumnya ia dinyatakan telah kering susunya. Halimah dan suaminya pada awalnya menolak Nabi Muhammad SAW karena yatim. Namun, karena alasan ia tidak ingin dicemooh Bani Sa’d, ia menerima Nabi Muhammad SAW. Selama dengan Halimah, Nabi Muhammad SAW hidup nomaden bersama Bani Sa’d di gurun Arab selama empat tahun.
  6. Abdul Muthalib, kakek Nabi Muhammad SAW menuturkan bahwa berhala yang ada di Ka’bah tiba-tiba terjatuh dalam keadaan bersujud saat kelahiran Nabi Muhammad SAW. Ia juga menuturkan bahwa ia mendengar dinding Ka’bah berbicara, “Nabi yang dipilih telah lahir, yang akan menghancurkan orang-orang kafir, dan membersihkan dariku dari beberapa patung berhala ini, kemudian memerintahkan untuknya kepada Zat Yang Merajai Seluruh Alam Ini.”
  7. Dikisahkan saat Nabi Muhammad SAW berusia empat tahun, ia pernah dibedah perutnya oleh dua orang berbaju putih yang terakhir diketahui sebagai malaikat. Peristiwa itu terjadi di ketika Nabi Muhammad SAW sedang bermain dengan anak-anak Bani Sa’d dari suku Badui. Setelah kejadian itu, Nabi Muhammad SAW dikembalikan oleh Halimah kepada Aminah. Sirah Nabawiyyah, memberikan gambaran detai bahwa kedua orang itu, “membelah dadanya, mengambil jantungnya, dan membukanya untuk mengelurkan darah kotor darinya. Lalu mereka mencuci jantung dan dadanya dengan salju.” Peristiwa seperti itu juga terulang 50 tahun kemudian saat Nabi Muhammad SAW diisra’kan ke Yerusalem lalu ke Sidratul Muntaha dari Mekkah.
  8. Dikisahkan pula pada masa kecil Nabi Muhammad SAW, ia telah dibimbing oleh Allah. Hal itu mulai tampak setelah ibu dan kakeknya meninggal. Dikisahkan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah diajak untuk menghadiri pesta dalam tradisi Jahiliyah, namun dalam perjalanan ke pesta ia merasa lelah dan tidur di jalan sehingga ia tidak mengikuti pesta tersebut.
  9. Pendeta Bahira menuturkan bahwa ia melihat tanda-tanda kenabian pada diri Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW saat itu berusia 12 tahun sedang beristirahat di wilayah Bushra dari perjalannya untuk berdagang bersama Abu Thalib ke Syiria. Pendeta Bahira menceritakan bahwa kedatangan Nabi Muhammad SAW saat itu diiringi dengan gumpalan awan yang menutupinya dari cahaya matahari. Ia juga sempat berdialog dengan Nabi Muhammad SAW dan menyaksikan adanya sebuah “stempel kenabian” (tanda kenabian) di kulit punggungnya.
  10. Mukjizat lain adalah Nabi Muhammad SAW pernah memperpendek perjalanan. Kisah ini terjadi saat pulang dari Syiria. Nabi Muhammad SAW diperintahkan Maisarah membawakan suratnya kepada Khadijah saat perjalanan masih 7 hari dari Mekkah. Namun, Nabi Muhammad SAW sudah sampai di rumah Khadijah tidak sampai satu hari. Dalam kitab as-Sab’iyyatun fi Mawadhil Bariyyat, Allah memerintahkan pada malaikat Jibril, Mikail, dan mendung untuk membantu Nabi Muhammad SAW. Jibril diperintahkan untuk melipat tanah yang dilalui unta Nabi Muhammad SAW dan menjaga sisi kanannya sedangkan Mikail diperintahkan menjaga di sisi kirinya dan mendung diperintahkan menaungi Nabi Muhammad SAW
Karisma Muhammad S.A.W.
  1. Tatapan mata yang menggetarkan Ghaurats bin Harits, yaitu seorang musuh yang sedang menghunus pedang kearah leher Nabi Muhammad SAW.
  2. Menjadikan tangan Abu Jahal kaku.
  3. Jin yang bernama Muhayr bin Habbar membantu dakwah Nabi Muhammad SAW, kemudian jin itu diganti namanya menjadi Abdullah bin Abhar.
Menghilang Dan Menidurkan Musuh
  1. Menghilang saat akan dibunuh oleh utusan Amr bin at-Thufail dan Ibad bin Qays utusan dari Bani Amr pada tahun 9 Hijriah atau Tahun Utusan.
  2. Menghilang saat akan dilempari batu oleh Ummu Jamil, bibi Nabi Muhammad SAW ketika ia duduk di sekitar Ka’bah dengan Abu Bakar.
  3. Menghilang saat akan dibunuh Abu Jahal dimana saat itu ia sedang shalat. 4.                              Menidurkan 10 pemuda Mekkah yang berencana membunuhnya dengan taburan pasir.
Binatang, Tumbuhan, Alam Dan Benda Mati.
  1. Seekor srigala berbicara kepada Nabi Muhammad SAW.
  2. Berbicara dengan unta yang lari dari pemiliknya yang menyebabkan masyarakatnya meninggalkan shalat Isya’.
  3. Berbicara dengan unta pembawa hadiah raja Habib bin Malik untuk membuktikan bahwa hadiah tersebut bukan untuk Abu Jahal melainkan untuk Nabi Muhammad SAW. 
  4. Mengusap kantung susu seekor kambing untuk mengeluarkan susunya yang telah habis.
  5. Dua Sahabat Nabi saw dibimbing oleh cahaya.
  6. Mimbar menangis setelah mendengar bacaan ayat-ayat Allah.
  7. Pohon kurma dapat berbuah dengan seketika.
  8. Batang pohon kurma meratap kepada Nabi Muhammad SAW.
  9. Pohon menjadi saksi dan dibuat berbicara kepada Nabi Muhammad SAW.
  10. Berhala-berhala runtuh dengan hanya ditunjuk oleh Nabi Muhammad SAW.
  11. Mendatangkan hujan dan meredakan banjir saat musim kemarau tahun 6 Hijriah di Madinah yang saat itu mengalami kekeringan.
  12. Berbicara dengan gunung untuk mengelurkan air bagi Uqa’il bin Abi Thalib yang kehausan.
  13. Berbicara dengan gilingan tepung Fatimah yang takut dijadikan batu-batu neraka.
  14. Merubah emas hadiah raja Habib bin Malik menjadi pasir di gunung Abi Qubaisy.
  15. Memerintahkan gilingan tepung untuk berputar dengan sendirinya.
  16. Tubuh Nabi Muhammad SAW memancarkan petir ketika hendak di bunuh oleh Syaibah bin ‘Utsman pda Perang Hunain.
Makanan Dan Minuman.
  1.  Makanan yang di makan oleh Nabi Muhammad SAW mengagungkan Nama Allah.
  2. Makanan sedikit yang bisa dimakan sebanyak 800 orang pada Perang Khandaq.
  3. Roti sedikit cukup untuk orang banyak.
  4. Sepotong hati kambing cukup untuk 130 orang.
  5. Makanan yang dimakan tidak berkurang justru bertambah tiga kali lipat.
  6. Menjadikan beras merah sebanyak setengah kwintal yang diberikan kepada orang Badui Arab tetap utuh tidak berkurang selama berhari-hari.
  7. Menjadikan minyak samin Ummu Malik tetap utuh tidak berkurang walau telah diberikan kepada Nabi Muhammad SAW.
  8. Air memancar dari sela-sela jari. Kemudian air itu untuk berwudhu 300 orang sahabat hanya dengan semangkuk air.
  9. Susu dan kencing unta bisa menyembuhkan penyakit atas ijin Allah.
Mendoakan Dan Menyembuhkan
  1. Menyembuhkan betis Ibnu Al-Hakam yang terputus pada Perang Badar, kemudian Nabi Muhammad SAW meniupnya, lalu sembuh seketika tanpa meresakan sakit sedikit pun.
  2. Mata Qatadah terluka pada Perang Uhud, sehingga jatuh dari kelopaknya, kemudian oleh Nabi Muhammad SAW. mata tersebut dimasukkan kembali dan menjadi lebih indah dari sebelumnya.
  3. Mendo’akan untuk menumbuhkan gigi salah seorang sahabatnya bernama Sabiqah yang rontok sewaktu perang.
  4. Mendo’akan Anas bin Malik dengan banyak harta dan anak.
  5. Menyembuhkan daya ingat Abu Hurayrah yang pelupa.
  6. Menyembuhkan penyakit mata Ali bin Abi Thalib saat pemilihan pembawa bendera pemimpin dalam perang Khaibar.
  7. Menyembuhkan luka gigitan ular yang diderita Abu Bakar dengan ludahnya saat bersembunyi di Gua Tsur dari pengejaran penduduk Mekah.
  8. Menyembuhkan tangan wanita yang lumpuh dengan tongkatnya.
  9. Menyambung tangan Badui yang putus yang dipotongnya sendiri setelah menampar Nabi Muhammad SAW.
  10. Mendoakan supaya Kerajaan Kisra hancur, kemudian do’a tersebut dikabulkan.
  11. Mendoakan Ibnu Abbas menjadi orang yang faqih dalam agama Islam.
Hal Ghaib dan Ramalan.
  1. Mengetahui siksa kubur dua orang dalam makam yang dilewatinya karena dua orang tersebut selalu shalat dalam keadaan kotor karena kencingnya selalu mengenai pakaian shalat.
  2. Mengetahui ada seorang Yahudi yang sedang disiksa dalam kuburnya.
  3. Meramalkan seorang istrinya ada yang akan menunggangi unta merah, dan disekitarnya ada banyak anjing yang menggonggong dan orang tewas. Hal itu terbukti pada Aisyah pada saat Perang Jamal di wilayah Hawwab yang mengalami kejadian yang diramalkan Nabi Muhammad SAW.
  4. Meramalkan istrinya yang paling rajin bersedekah akan meninggal tidak lama setelahnya dan terbukti dengan meninggalnya Zainab yang dikenal rajin bersedekah tidak lama setelah kematian Nabi Muhammad SAW.
  5. Meramalkan Abdullah bin Abbas akan menjadi “bapak para khalifah” yang terbukti pada keturunah Abdullah bin Abbas yang menjadi raja-raja kekhalifahan Abbasiyah selama 500 tahun.
  6. Meramalkan umatnya akan terpecah belah menjadi 73 golongan.
Mukjizat Terbesar Nabi Muhammad S.A.W.
  1. Membelah bulan dua kali untuk membuktikan kenabiannya pada penduduk Mekkah.
  2. Isra ke Masjidil Aqsa dari Masjidil Haram lalu Mi’raj ke Sidratul Muntaha dari Baitul Maqdis tidak sampai satu malam pada tanggal 27 Rajab tahun 11 Hijriah.
  3. Menerima Al-Qur’an sebagai Firman Tuhan terakhir padahal ia seorang yang buta huruf.
Sumber : http://luvislam92.blogspot.com/

Kelebihan Umat-Umat Rasulullah S.A.W. Menurut Pandangan Nabi Adam A.s


Disebutkan bahawa Nabi Adam A.S telah berkata, "Sesungguhnya Allah S.W.T telah memberikan kepada umat Muhammad S.A.W empat kemuliaan yang tidak diberikan kepadaku:

  • Taubatku hanya diterima di kota Mekah, sementara taubat umat Nabi Muhammad S.A.W diterima disebarang tempat oleh Allah S.W.T.·
  •  Pada mulanya aku berpakaian,· tetapi apabila aku berbuat derhaka kepada Allah S.W.T, maka Allah S.W.T telah menjadikan aku telanjang. Umat Muhammad S.A.W membuat derhaka dengan telanjang, tetapi Allah S.W.T memberi mereka pakaian.

  • Ketika aku telah berderhaka· kepada Allah S.W.T, maka Allah S.W.T telah memisahkan aku dengan isteriku. Tetapi umat Muhammad S.A.W berbuat derhaka, Allah S.W.T tidak memisahkan isteri mereka.

  • Memang benar aku telah derhaka· kepada Allah S.W.T dalam syurga dan aku dikeluarkan dari syurga, tetapi umat Muhammad S.A.W durhaka kepada Allah akan dimasukkan ke dalam syurga apabila mereka bertaubat kepada Allah S.A.W.

Cucu Cucu Rasulullah SAW.


Semua cucu Rasulullah SAW adalah keturunan dari putri beliau, karena putra beliau yang laki-laki semuanya meninggal ketika masih kecil.
Cucu Nabi SAW adalah sebagai berikut :
1. ‘Ali bin Abul ‘Ash
2. Umaamah binti Abul ‘Ash
3. ‘Abdullah bin ‘Utsman bin ‘Affan
4. Hasan bin ‘Ali bin Abu Thalib
5. Husain bin ‘Ali bin Abu Thalib
6. Muhsin bin ‘Ali bin Abu Thalib
7. Zainab binti ‘Ali bin Abu Thalib
8. Ummu Kultsum binti ‘Ali bin Abu Thalib
1. ‘Ali bin Abul ‘Ash
‘Ali bin Abul ‘Ash adalah putra Zainab binti Muhammad Rasulullah SAW dengan Abul ‘Ash bin Rabi’. Ia pernah diboncengkan oleh Rasulullah SAW ketika penaklukan Makkah. ‘Ali meninggal ketika hampir baligh.
2. Umaamah binti Abul ‘Ash
Umaamah binti Abul ‘Ash adalah putri Zainab binti Muhammad Rasulullah SAW dengan Abul ‘Ash bin Rabi’. Ketika kecil, Umaamah sering diajak Nabi SAW shalat di masjid, dan beliau pernah shalat dengan
menggendong cucu beliau ini. Setelah Fathimah binti Rasulullah SAW wafat, Umaamah dinikahi oleh ‘Ali bin Abu Thalib.
3. ‘Abdullah bin ‘Utsman bin ‘Affan
‘Abdullah bin ‘Utsman bin ‘Affan adalah putra Ruqayyah binti Muhammad Rasulullah SAW dengan ‘Utsman bin ‘Affan. Namun ‘Abdullah meninggal pada usia 6 tahun.
4. Hasan bin ‘Ali bin Abu Thalib
Hasan bin ‘Ali bin Abu Thalib adalah putra Fathimah binti Muhammad Rasulullah SAW dengan ‘Ali bin Abu Thalib, lahir pada tahun 3 Hijriyah dan wafat pada tahun 49 Hijriyah.
5. Husain bin ‘Ali bin Abu Thalib
Husain bin ‘Ali bin Abu Thalib adalah putra Fathimah binti Muhammad Rasulullah SAW dengan ‘Ali bin Abu Thalib, lahir pada tahun ke 4 Hijriyah dan wafat pada tahun 61 Hijriyah
6. Muhsin bin ‘Ali bin Abu Thalib
Muhsin bin ‘Ali bin Abu Thalib adalah putra Fathimah binti Muhammad Rasulullah SAW dengan ‘Ali bin Abu Thalib, namun tidak lama setelah lahir, ia meninggal dunia.
7. Zainab binti ‘Ali bin Abu Thalib
Zainab binti ‘Ali bin Abu Thalib adalah putri Fathimah binti Muhammad Rasulullah SAW dengan ‘Ali bin Abu Thalib. Setelah dewasa Zainab binti ‘Ali bin Abu Thalib ini dinikahi oleh ‘Abdullah bin Ja’far bin Abu Thalib.
8. Ummu Kultsum binti ‘Ali bin Abu Thalib
Ummu Kultsum binti ‘Ali bin Abu Thalib adalah putri Fathimah binti Muhammad Rasulullah SAW dengan ‘Ali bin Abu Thalib. Setelah dewasa ia dinikahi oleh ‘Umar bin Khaththab. Setelah ‘Umar bin Khaththab wafat, ia dinikahi oleh ‘Aun bin Ja’far. Setelah ‘Aun bin Ja’far wafat, ia dinikahi oleh ‘Abdullah bin Ja’far.
Demikianlah cucu-cucu Rasulullah SAW sebanyak 8 orang. Namun yang terkenal dalam sejarah Islam hanya dua orang, yaitu Hasan dan Husain.

Putra Putri Rasulullah SAW.


Menurut pendapat ulama yang paling sahih, putra-putri beliau berjumlah tujuh orang. Tiga laki laki dan empat perempuan. Putra beliau yang pertama ialah Qasim, dan dari nama putra beliau inilah yang kemudian menjadi julukan beliau. Abbal Qasim.
Kemudian Zainab, Ruqayyah, Fathimah, Ummu Kultsum (namanya pun menj adi julukannya), dan kemudian Abdullah yang dinamai juga dengan Thayib atau Thahir.
Namun ada juga yang mengatakan bahwa Thayib dan Thahir itu lain dari Abdullah yang keduanya dilahirkan dari satu rahim sebelum beliau diangkat menjadi Nabi, dan ada pula yang mengatakan lain dari itu. Semuanya dilahirkan di kota Makkah, dari satu kandungan yaitu Siti Khadijah. Kemudian lahir Ibrahim dari kandungan Maria Al-Qibthiyah.
1. Qasim
Qasim meninggal di kota Makkah setelah usianya meneapai dua tahun. Ada juga yang mengatakan di bawah dua tahun dan ada pula yang mengatakan di atas dua tahun. Dia adalah putra beliau yang pertama meninggal dunia. Kemudian Abdullah, yang juga meninggal di Makkah ketika masih kanak-kanak. Ketika itu, Al-Ash bin Wa’il berkata: “Terputuslah keturunannya!”
Maka Allah menurunkan firman-Nya: ‘Sesungguhnya orang-orang yang membeneimu itulah yang akan terputus keturunannya’. (QS A1-Kautsar: 3)
2. Ibrahim
Ibrahim dilahirkan di bulan Dzulhijjah tahun kedelapan Hijrah. Beliau meng-akikah-kannya pada hari ketujuh dari kelahirannya dengan menyembelih dua ekor domba, dan pada hari itu juga ia diberi nama dan rambutnya dicukur.
Beliau bersedekah dengan perak seberat timbangan rambut Ibrahim. Dan rambut itu ditanam. Ibrahim meninggal dunia pada tahun kesepuluh Hijriah dalam usia satu tahun sepuluh bulan, dan ada yang mengatakan satu tahun enam bulan. Dimakamkan di Baqi’.
3. Zainab
Zainab dipersunting oleh saudara sepupunya Abul’Ash bin Rabi’ bin Abdul ’Uzza bin Abdu Syams bin Abdu Manaf. Ibunya Halah binti Khuwailid. Dari perkawinan ini lahirlah Ali dan Umamah. Ali putra Zainab inilah yang digoncengkan Rasulullah di belakang ontanya pada peristiwa penaklukan kota Makkah (Fath-Makkah). Ia meninggal dunia di kala usianya menginjak dewasa. Sedangkan Halah binti Mughirah dipersunting oleh Ali bin Abu Thalib, sesudah bibinya Fathimah tiada, sesuai wasiat dari Fathimah. Setelah Ali meninggal dunia, ia kemudiandipersunting oleh Mughirah bin Nofel bin Harits bin Abdul Mutthalib berdasarkan wasiat Ali. Dari perkawinannya dengan Mughirah ini, Halah melahirkan seorang anak yang diberi nama Yahya bin Mughirah.
Ia meninggal dunia sebelum Mughirah. Dahulu, semasa kecilnya, Rasulullah sangat
suka sekali kepadanya, sehingga sering dibawa beliau dalam shalat.
Zainab dilahirkan pada tahun ketigapuluh dari kelahiran Rasul s.a.w. dan meninggal dunia pada tahun kedelapan Hijriah.
4. Ruqayah
Ruqayah di persunting oleh Utsman bin Affan. Konon hal itu terjadi di masa jahiliyah, dan ada juga yang mengatakan sesudah Utsman masuk Islam. Utsman berangkat hijrah bersama Ruqayah ke negeri Ethiopia dua kali. Ruqayah melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Abdullah bin Utsman, dan meninggal sesudah Ruqayah, dalam usia enam tahun. Ketika itu, matanya dipatuk seekor ayam jantan hingga mukanya bengkak dan akhirnya meninggal dunia. Ruqayah dilahirkan pada tahun ketigapuluh tiga dari kelahiran Nabi s.a.w., dan meninggal pada hari tibanya Zaid bin Haritsah di Madinah sambil membawa berita tentang kekalahan orang-orang musyrik di Badr.
5. Ummu Kultsum
Ummu Kultsum dipersunting oleh Utsman sesudah kematian Ruqayah. Karena itulah Utsman mendapat gelar Dzunnurain (pemilik dua cahaya). Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Ibn Asakir dari Abu Hurairah. Nabi s.a.w. mendatangi Utsman di pintu masjid, lalu beliau berkata: “Hai Utsman, Jibril telah menyuruhku agar mengawinkan engkau dengan Ummu Kultsum dengan mahar sama seperti mahar Ruqayah dan sama seperti engkau memperlakukan Ruqayah.”
Ummu Kultsum tidak melahirkan anak dari Utsman. Ia meninggal pada tahun kesembilan Hijriah. Tatkala Ummu Kultsum tiada, Nabi berkata: “Kalian kawinkanlah Utsman, seandainya aku masih mempunyai seorang putri lagi, sungguh akan aku kawinkan lagi ia dengannya. Aku tidaklah mengawinkannya, melainkan dengan wahyu dari Allah SWT.”
Ruqayah dan Ummu Kultsum sebelum itu telah pernah kawin. Ruqayah dengan Utbah bin Abu Lahab dan Ummu Kultsum dengan Utaibah bin Abu Lahab yang kemudian dimangsa singa akibat doa Rasul s.a.w. Tetapi perkawinan mareka tidak lama, atas suruhan Abu Lahab akhirnya kedua orang itu menceraikan mereka, sebelum bercampur.
6. Fathimah
Fathimah binti Rasulullah dipersunting oleh Ali bin Abu Thalib. Ketika itu, Ali berusia duapuluh satu tahun lima bulan, sedangkan Fathimah berusia limabelas tahun lima bulan, sesudah kepulangan dari perang Badr. Demikian disebutkan dalam kitab sejarah Al-Halabiyah. Sedang lahirnya adalah satu tahun sebelum kenabian, dan meninggal dunia enam bulan sesudah ayahnya Rasulullah s.a.w. meninggal, yaitu pada malam Selasa tanggal 3 Ramadhan tahun kesebelas Hijriah. Dimakarnkan oleh Ali pada malam hari.
Fathimah, seperti yang dikatakan oleh Ibnu Duraid, adalah kata yang berasal dari “Fathman” yang sama artinya dengan “qathan” atau “man’an”, artinya “memotong, memutuskan atau menecegah”. Ia dinamakan demikian karena Allah SWT mencegah dirinya dari api neraka. Sebagaimana yang disebutkan dalam akhbar-akhbar yang akan dijelaskan nanti.
Sebelum itu, Fathimah sudah pernah dilamar oleh Abu Bakar dan Umar, namun ditolak oleh Rasul dengan halus. Ketika Ali mengajukan lamaran, maka lamarannya itu langsung diterima. Mas kawinnya adalah baju besinya, sebab Ali tidak mempunyai apa-apa selain dari itu. Kemudian baju besi itu dijual denga harga empat ratus delapan puluh dirham. Kemudian Rasulullah s.a.w. memberi kan kepada Fathimah sebuah bantal dari kulit yang diisi rumput kering, dan rumahnya dihampari dengan pasir.
Beliau juga memberikan sebuah kulit domba yang sudah disamak kepada Fathimah untuk dijadikan kasurnya, dan sebuah gantungan pedang, wadah air dari kulit serta dua buah tempayan tanah, seperti yang disebutkan dalam beberapa riwayat.
Dalam sebuah hadis riwayat Muslim dari sahabat J abir: “Kami menghadiri perayaan perkawinan Ali bin Abu Thalib dan Fathimah binti Rasulullah s.a.w. Tidak pernah kami menyaksikan perayaan sebaik itu. Rasulullah telah menghidangkan buat kami buah anggur kering dan kurma.”
Diriwayatkan oleh Al-Thabarani hadis yang bersumber dari Asma: “Tatkala Fathimah diserahkan kepada Ali bin Abu Thalib, ia tidak mendapatkan apa apa di dalam rumah Ali selain dari lantai pasir, sebuah bantal yang berisi rumput kering, sebuah tempayan tanah dan sebuah kendi. Kemudian Rasulullah mengutus seseorang kepada Ali membawa pesan: ‘Janganlah kau dekati isterimu hingga aku datang menemui kalian berdua! ‘
Tak lama kemudian beliau datang, lantas beliau meminta sebuah bejana berisi air, lalu beliau membacakan doa pada air itu beberapa saat lamanya. Setelah itu beliau mengusap dada dan muka Ali dengan air tadi, lalu beliau memanggil Fathimah, lalu sisa air itu dipercikkan beliau ke
atas tubulmya.
Dalam hadis Buraidah disebutkan: “Lalu Rasulullah meminta sebuah bejana berisi air dan kemudian berwudhu. Setelah itu beliau memercikkan air itu ke atas Ali seraya berdoa ’Ya Allah, berilah keberkatan dalam perkawinan mereka ini dan berilah keberkatan kepada keturunan mereka!’”
Sedang dalam riwayat lain disebutkan: “Dan beliau pun memercikan air tersebut pada kepala dan antara kedua dada Siti Fathimah seraya berdoa: ‘Ya Allah, aku memohonkan perlindungan kepadamu buat dirinya dan diri keturunannya dari gangguan setan yang terkutuk’
Selama hidup berumah tangga dengan Siti Fathimah, Ali tidak mengawini wanita lain. Ali pernah melamar puteri Abu Jahal, namun Rasulullah tidak menyetujui hal itu. Beliau berkata: “Demi Allah, puteriRasulullal1 tidak mungkin dikumpulkan dengan putri musuh Allah di bawah satu orang laki-laki.”
Ali pun membatalkan lamaran tersebut. Dari perkawinan Ali dan Fathimah ini, Fathimah melahirkan enam anak, tiga laki-laki dan tiga perempuan. Laki-laki: Hasan, Husein dan Muhassin.
Sedangkan yang perempuan ialah, Zainab, Ummu Kultsum dan Ruqayah. Demikian diriwayatkan oleh Laits bin Sa’ad. Ruqayah meninggal dunia sebelum dewasa, dinukil oleh Ibnu Jauzi. Adapun lHasan dain Husein banyak menurunkan keturunan sebagaimana akan dijelaskan kemudian. Sedangkan Muhassin, meninggal karena ibunya keguguran.
Zainab dipersunting oleh saudara sepupunya yang bernama Abdullah bin Ja’far bin Abu Thalib, dan melahirkan Ali, Aunan Al-Akbar, Abbas, Muhammad dan Ummu Kultsum. Keturunan mereka banyak dan sampai sekarang masih ada. Tentang Zainab ini akan dibiearakan lagi di bagian lain.
Umum Kultsum dipersunting oleh Umar bin Khattab r.a. Ia melahirkan Zaid dan Ruqayah, tetapi keduanya tidak memperoleh keturunan. Kemudian Umar tiada, ia dipersunting pula oleh saudara sepupunya yang bernama Aun bin Ja’far bin Abu Thalib. Dan ketika Aun ini meninggal dunia, maka ia dipersunting pula oleh saudara Aun yang bernama Muhammad, dan Muhammad pun meninggal. Lalu ia dipersunting pula oleh saudara Muhammad yang bernama Abdullah, tanpa melahirkan seorang putra pun dari ketiga orang suaminya yang terakhir ini.
Demikian disebutkan oleh Al Suyuthi dalam kitab Al-Zainabiyah. Sedangkan di dalam kitab Al-Mawahib disebutkan bahwa Ummu Kultsum melahirkan seorang anak perempuan dari suaminya yang kedua, namun meninggal dunia selagi kanak-kanak.***