Jumat, 10 Februari 2012

Fadhilah Shalawat Atas Rasulullah SAW

Shalawat adalah bentuk jamak dari Shalat, yang mana Shalawat ini mempunyai beberapa pengertian. Penggunaan kata Shalawat banyak dijumpai dalam Al-Qur’an yang dituju kepada kaum Mu’minin dalam pengertian keberkahan dan rahmat. Adapun yang dimaksud Shalawat disini adalah Shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.
Banyak sekali keterangan dalam hadist mengenai Shalawat kepada Nabi Al-Musthafa SAW, disamping kutamaan dan manfaatnya, juga adanya peringatan dan bahkan kecaman terhadap mereka yang enggan mengucapkan.
Hadist mengenai kemuliaan Shalawat kepada Nabi dan faedah bagi orang yang mengamalkan antara lain:
Rasullulah SAW bersabda: “Shalawat kalian kepadaku itu merupakan pengawal bagi do’a kalian, perolehan keridha’an Tuhan kalian dan pembersih amal-amal kalian.” (H.R. Al-Dailamy RA dari Amirul Mu’minin Ali, karramullahu wajhahu).
Nabi SAW bersabda: “Hiasilah ruang perternuan kalian dengan bershalawat kepadaku. Sesungguhnya bacaan shalaasat kalian hepadaku itu dapat menjadi cahaya di Hari Kiamat.” (H.R. Al-Dailami RA dari lbnu Umarb RA).
Nabi SAW bersabda pula: “Sesungguhnya Allah memiliki para Malaikat yang bertebaran di muka bumi yang bertugas menyarnpaikan kepadaku shalawatnya orang dari urnrnatku yang bershalawat kepadaku.” (Dikeluarkan oleh Al-Darulquthny RA dari lmam Ali KW)
Banyak karya-karya tulis ulama dari pelbagai mazhab dan tarikat dari generasi ke generasi seputar shalawat. Diantara penulis terbesar abad ke’20 yang banyak menulis dan menggubah mada’ih kepada Nabi SAW adalah Sayyid Allamah Ali bin Muhammad Al-Habsyi RA dengan Simthud Durar-nya yang sangat puitis yang dikenal dengan Maulid Habsyi. Juga Syeikh Yusuf An-Nabhany Al-Bairuty RA dengan kapita selekta shalawatnya berjudul Jawahirul Bihar yang sampai empat jilid. Kemudian disusul dengan Sayyid Allamah Muhammad bin Alwi Al-Maliky, seorang muhaddits, penulis produktif dan banyak menulis tentang Nabi SAW dan menyusun aneka kumpulan doa dan shalawat.
Secara keseluruhan, pembacaan syighat shalawat kepada Nabi Al-Musthafa SAW tiada ketentuan yang mengharuskan pembacanya didampingi seorang Guru pembimbing spiritual (mursyid). Hanya saja diperlukan adanya ijazah pada shalawat yang syighat-nya panjang dan terangkum bermacam kata yang sangat sakral, sebagaimana pada formula-formula zikir dalam bentuk ahzab dan awrad harus melalui masing-masing disiplin tarikat yang dinisbahkan kepadanya.
Berikut ini kami ketengahkan kutiban manfaat shalawat kepada Nabi Muhammad SAW dari buku Syaraf al-Umrnah al-Muhatnmadiyah-nya Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliky dan telah dialih-bahasakan oleh H.M.H. Al-Hamid Al-Husainy dengan judul kemuliaan Ummat Muhammad SAW dan diterbitkan oleh Pustaka Hidayah :
“Di antara berbagai kemuliaan yang dikaruniakan Allah SWT kepada umat Nabi Muhammad SAW ialah, bahwa Allah SWT member ganjaran yang amat besar kepada orang yang mengucapkan shalawat dan salam kepada manusia termulia, Muhammad bin Abdullah SAW.
Shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW merupakan salah satu zikir yang mendatangkan pahala bagi orang yang mengucapkannya dan mengerti maknanya.
Orang yang sibuk bersalawat hanya dengan mengulang-ulang lafalnya mendapat pahala seperti pahala yang diterima orang yang mengulang-ulang lafal tahlil, tahbir, tahmid dan tasbih. Mengenai hal ini kami tidak bermaksud membanding-bandingkan antara pahala yang satu dengan yang lain. Kami hanya bermaksud hendak mengatakan,
bahwa orang yang sibuk mengucapkan shalawat dan salam kepada Al-Mushtafa Sayyidina Muhammad SAW, ia mendapat pahala, meskipun hanya mengulang-ulang lafal shalawat dan salam. Sama halnya dengan
orang yang mengulang-ulang lafal tahlil, takbir, tasbih, dan tahmid sebagai zikir yang pengucapannya dan pengertian tentang maknanya dinilai sebagai ibadah.
Oleh karena itu kaum salaf membiasakan diri mengucapkan shalawat dan salam dalam jumlah tertentu. Perlu diketahui, bahwa ucapan shalawat dan salam tidaklah ada gunanya jika orang yang mengucapkannya itu tidak percaya dan tidak yakin bahwa ucapan shalawat dan salam itu disyariatkan oleh agama dan berasal dari Nabi SAW. Apalagi kalau ia beranggapan ucapan itu berasal dari dirinya sendiri atau dari orang lain (bukan Rasulallah SAW). Sebab, pada hakikatnya masalah ini (shalawat dan salam) adalah berasal dari Rasulallah SAW. Jadi, jika ada wacana (pemikiran atau pendapat) yang menganggap bahwa masalah itu tidak berasal dari Nabi SAW, itu sama
sekali tidak dapat kami benarkan, bahkan kami tentang sekeras-kerasnya. Kami pandang wacana seperti itu adalah bid’ah yang buruk dan jahat. Nabi SAW sendiri pasti tidak meridhainya.
Adapun orang yang membiasakan diri mengucapkan shalawat dan salam itu tahu dan percaya, bahwa masalah itu berasal dari Nabi SAW, namun ia tidak yakin bahwa itu merupakan ibadah sunnah atau masryru’ah (disyariatkan oleh agama) itu tidak apa-apa.
Banyak di antara kaum salaf yang mengamalkan zikir dengan ucapan shalawat dan salam kepada Nabi SAW. Mengenai hal itu lbnu Mas’ud RA menuturkan, bahwasanya Rasulallah SAW pernah berkata kepada Zaid bin Wahb: “Hai Zaid, bin Wahb, bila hari Jumat tiba hendaklah engkau mangucapkan shalawat kepada Nabi seribu kali.
Berikut ini kami ketengahkan dengan ringkas sejumlah manfaat yang bisa didapat dari shalawat dan salam kepada Sayyidina Muhammad ‘Alaihi Afdhalush Shalati Wassalam yang banyak disebut oleh para ulama, khususnya Allamah lbnul -Qayyim dan Al-Hafidz lbnu Hajar Al-Haitsamy antara lain:
1. Mematuhi perintah Allah SWT.
2. Bershalawat kepada Nabi SAW adalah sesuai dengan perintah Allah SWT (di dalam Al Qur’an), meskipun berbeda makna antara shalawat yang dari kita (umat Nabi Muhammad SAW) dan shalawat yang dari Allah SWT. Shalawat yang dari kita berarti doa dan permohonan, sedangkan shalawat yang dari Allah SWT berarti pujian dan pemuliaan.
3. Sesuai dengan yang dilakukan oleh para malaikat.
4. Orang yang bershalawat satu kali mendapat balasan sepuluh shalawat dari Allah SWT.
5. Orang yang bershalawat beroleh peningkatan denjat sepuluh kali.
6. Baginya dicatat sepuluh kebajikan.
7. Dihapus sepuluh amal keburukannya.
8. Doanya dapat diharap akan terkabul, karena shalawat akan memanjatkan doanya dan menghadapkannya kepada Allah Rabbul’alamin. Sebelum orang yang berdoa bershalawat lebih dahulu, doanya berhenti terkatung-katung di antara bumi dan langit.
9. Dapat menjadi sarana untuk mendapat syafaat Nabi SAW Jika shalawat itu disertakan doa mohon wasilah atau diucapkan tersendiri.
10. Shalawat merupakan sarana untuk beroleh ampunan dosa.
11. Shalawat juga merupakan sarana bagi hamba Altah SWT untuk beroleh pertolongan-Nya agar tercukupi keperluannya.
12. Shalawat juga merupakan sarana yang dapat mendekatkan seorang hamba Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW pada Hari Kiamat.
13. Berfungsi sebagai sedekah bagi orang yang kesulian hidup.
14. Shalawat juga merupakan sarana untuk beroleh pertolongan Al lah SWT agar tercukupi kebutuhan-kebutuhannya.
15. Shalawat juga merupakan sarana untuk mendapat rahmat Allah SWT dan doa malaikat.
16. Shalawat berfungsi sebagai zakat dan thaharah.
17. Shalawat merupakan sarana yang mendatangkan kabar gembira (tabsyir) bagi hamba Allah SWT sebelum wafat, bahwa ia akan masuk surga. (Demikianlah disebut oleh Al-Halidz Abu Musa, berikut hadisnya, di dalam kitab yang ditulisnya).
18. Shalawat juga merupakan sarana yang dapat menghindarkan hamba Allah SWT dari ketakutan hebat pada Hari Kiamat. (di dalam kitab yang ditulisnya pula).
19. Shalawat dan salam merupakan sebab untuk mendapat balasan jawaban yang sama dari Nabi SAW.
20. Shalawat juga merupakan sarana bagi hamba Allah SWT untuk dapat mengingat kembali hal-hal yang terlupakan.
21. Shalawat juga merupakan sarana bagi terwujudnya suasana yang baik di dalam suatu majelis (pertemuan). Selain itu shalawat juga akan meniadakan perasaan menyesal pada Hari Kiamat.
22. Shalawat juga merupakan sarana untuk terhindar dari kemelaratan.
23. Pada saat-saat seorang hamba Allah SWT teringat kepada Nabi SAW lalu segera mengucapkan shalawat dan salam kepada Beliau, ia akan terjauhkan dari watak kikir.
24. Orang yang menderita kehinaan karena tidak mengucapkan shalawat dan salam pada saat mendengar nama Nabi SAW disebut-sebut, penderitaannya itu akan dapat disingkirkan dengan jalan banyak-banyak bershalawat kepada Rasu lallah SAW.
25. Shalawat akan mengantarkan orang yang selalu mengucapkannya ke surga, sedangkan orang yang meninggalkan shalawat ia akan tersesatkan dari jalan ke surga.
26. Shalawat akan menyelamatkan kepengapan suatu majelis (pertemuan) yang di dalamnya tak disebut-sebut Allah dan Rasul-Nya, atau majelis yang di dalamnya tidak terdengar suara yang berpuji syukur kepada Allah SWT dan bershalawat kepada Rasul-Nya.
27. Shalawat merupakan sebab bagi timbulnya pancaran sinar cahaya pada saat hamba Allah SWT yang selalu mengucapkannya sedang berjalan di atas shirath. (Hal itu dikemukakan juga oleh Abu Musa dan lain-lain).
28. Shalawat merupakan kesempurnaan kalam (khutbah dan lain sebagainya) yang diawali dengan puji syukur kepada Allah SWT dan shalawat kepada Rasul-Nya.
29. Shalawat merupakan sarana bagi seseorang untuk meninggalkan wataknya yang bengis.
30. Shalawat juga merupakan sarana melestarikan pujian baik dari Allah SWT kepada hamba-Nya di kalangan para penghuni langit dan bumi. Sebab, orang yang bershalawat berarti ia mohon kepada Allah SWT agar berkenan memuji, menghormati dan memuliakan Beliau. Karena bersalawat itu merupakan amal yang baik, maka sudah tentu orang yang mengamalkannya beroleh ganjaran pahala yang sama.
31. Shalawat juga merupakan sarana bagi yang mengucapkannya untuk memperoleh berkah, baik dalam hal amal kebajikannya maupun dalam hal usianya. Bahkan juga merupakan sebab untuk mernperoleh kepentingan-kepentingannya. Sebab, orang yang mengucapkan shalawat berarti ia berdoa mohon kepada Allah SWT, Tuhannya, agar Allah SWT berkenan melimpahkan berkah kepada Rasul-Nya beserta segenap keluarga Beliau. Doa seperti itu adalah mustajab (terkabul) dan orang yang berdoa pasti beroleh balasan yang sama.
32. Shalawat juga merupakan sarana untuk memperoleh rahmat Allah SWT. Berbagai pendapat mengenai “rahmat” di kalangan sebagian ulama, tetapi pendapat yang pasti benar ialah bahwa orang yang mengucapkan shalawat beroleh rahmat.
33. Shalawat juga merupakan sarana untuk mengabadikan kecintaan kepada Rasulallah SAW bahkan untuk menambah dan melipat gandakannya. ltu merupakan salah satu ikatan keimanan yang tanpa itu (ucapan shalawat dan salam kepada Nabi SAW tidak lengkap. Seorang hamba Allah SWT jika makin sering menyebut-nyebut orang yang dicintainya, dihadirkannya didalam hati, dibayangkan kebaikannya dan kebenaran ajaran-ajaranya yang membuat hamba Allah SWT itu tertarik kepadanya; tentu semuanya itu akan melipat gandakan kecintaan dan menambah kerinduannya kepada orang yang dicintainya, sehingga kecintaannya itu sungguh-sungguh menguasai seluruh isi hatinya. Sebaliknya, jika ia merasa tidak perlu mengingat atau menyebut-nyebut orang yang dicintainya,
tidak mau menghadirkannya di dalam hati dan mengenang kebaikan-kebaikannya dengan sepenuh hati dan pikiran, tentu kecintaannya di dalam hati menjadi berkurang. Bagi orang yang mencintai sesuatu tidak ada yang lebih menyenangkan hatinya daripada melihat sesuatu yang dicintainya. Dan tidak ada yang disukai selain menyebut dan mengingat serta mengenang kebaikan-kebaikan pihak yang dicintainya. Jika perasaan demikian itu makin kuat berakar di dalam hati, tentu akan meluncur dari ujung lidahnya berbagai kata pujian. Bertambah dan berkurangnya pujian itu tergantung pada bertambah dan berkurangnya kecintaan yang bersemayam di dalam hati.
34. Shalawat kepada Nabi SAW adalah sarana untuk menumbuhkan kecintaan Beliau kepada orang yang bershalawat. Jika demikian halnya maka semakin banyaknya shalawat diucapkan oleh seseorang tentu semakin besar pula kecintaan Nabi SAW kepadanya.
35. Shalawat juga merupakan sarana bagi turunnya hidayat kepada hamba Allah SWT yang mengucapkannya dan sarana pula untuk menghidupkan hati serta perasaannya. Oleh karena itu semakin banyak ia mengucapkan shalawat, hati dan perttsaannya tentu semakin kuat dikuasai oleh kecintaan kepada Beliau. Dengan demikian, di dalam hatinya tidak terdapat sekelumit pun keinginan untuk menentang perintah dan ajaran-ajaran Beliau. Bahkan sebaliknya, semua perintah dan ajaran-ajaran Beliau akan tergores dan terpateri di dalam hatinya, selagi ia dalam keadaan bagaimanapun selalu mengucapkannya. la akan meraih hidayat, keberuntungan dan berbagai pengetahuan tentang rahasia agama. Makin tajam pandangan mata hatinya serta makin kuat dan mendalam ma’rifat serta pengertiannya mengenai hal itu, tentu akan semakin sering dan lebih banyak lagi mengucapkan shalawat kepada Nabi SAW.
36. Shalawat itulah yang menjadi sebab dikemukakannya nama orang berzikir mengucapkannya ke hadapan Nabi SAW. Yaitu sebagaimana yang Beliau SAW nyatakan sendiri, “Shalawat kalian akan dihadapkan kepadaku.” Dan sesuai pula dengan pernyataan Beliau yang menegaskan, “Di pusaraku Allah menugasi sejumlah malaikat untuk menyampaikan kepadaku salam dari umatku.” Cukuplah bagi hamba Allah SWT mendapat kemuliaan disebut namanya di hadapan Rasulallah SAW.
37. Shalawat pun merupakan sarana bagi hamba Allah SWT untuk dapat berjalan mantap di atas shirath hingga terlewatinya dengan selamat. Sebuah hadits dari Abdurrahman bin Samrah yang dituturkan oleh Sa’id bin Al-Musayyab, mengenai soal mimpinya Nabi SAW, sebagai berikut, “Kullihat seorang dari umatku berjalan di atas shirath, kadang meranghak-rangkak dan kadang bergelantung, kemudian datanglah shalawat (yang diucapkannya dahulu ketika hidup di dunia) Ialu membangunkannya hingga dapat berdiri dan berjalan dengan kakinya, IaIu ia diselamatkan oleh shalawatnya.” (Diriwayatkan oleh Abu Musa Al-Madiny didalam At-Targhib Wat-Tarhib, sebagai hadits hasan jiddan (amat baik).
38. Shalawat kepada Nabi SAW adalah penunaian kewajiban yang paling sedikit atas hak Allah SWT dan berbagai nikmat yang dikaruniakan kepada kita dan yang memang’wajib kita syukuri. Padahal sebenarnya yang wajib kita syukuri tidak terhitung banyaknya. Kita tidak sanggup menghitungnya, tidak berkeinginan dan tidak berhasrat untuk mengetahui berapa jumlah seluruhnya. Namun, Allah SWT ridha menerima dari hamba-hamba-Nya sedikit syukur sebagai kewajiban yang harus ditunaikan.
39. Di dalam shalawat kepada Nabi SAW tercakup dzikrullah (mengingat-menyebut keagungan-Nya), dzikru-Rasulihi (mengingat-menyebut Rasul-Nya), dan permohonan kepadaNya. Dengan shalawat kepada Nabi SAW, maka Allah SWT akan memberi ganjaran pahala kepada hamba yang berhak menerimanya. Sebagaimana telah kita sadari, bahwa Allah SWT memperkenalkan kepada kita Asma-Nya, Sifat-sifat-Nya; dan telah pula menunjukkan kepada kita jalan apa yang harus kita tempuh untuk memperoleh keridhaan-Nya. Juga Allah SWT telah memberi pengertian kepada kita tentang apa yang akan kita peroleh setelah kita sampai dan menghadapkan diri kepada-Nya. Semuanya itu tercakup di dalam semua segi keimanan. Bahkan tercakup pula di dalam ikrar tentang pengangkatan Rasul-Nya, tentang tashdiq (pembenaran)-Nya, tentang pemberitahuan semuanya itu kepada hamba-hambaNya dan tentang kecintaan-Nya kepada Rasul SAW yang diutus oleh-Nya menyampaikan kebenaran agama-Nya kepada umat manusia. Tak diragukan lagi bahwa semuanya itu adalah pokok-pokok keimanan. Shalawat kepada Nabi SAW juga mencakup pengertian seorang hamba mengenai hal-hal tersebut, termasuk tashdiq-nya (pengakuannya atas kebenaran sebagai Nabi dan Rasul utusan Allah) dan kecintaanya kepada Beliau. Dengan demikian maka ucapan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW termasuk amalan yang lebih utama.

Keutamaan shalawat kepada Sayyidul Basyar SAW

Sesungguhnya Allah dengan segala kekuasaan-Nya telah mengutus nabi-Nya Muhammad SAW dan telah memberinya kekhususan dan kemuliaan untuk menyampaikan risalah.
Allah SWT telah menjadikannya rahmat bagi seluruh alam dan pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa serta menjadikannya orang yang dapat memberi petunjuk ke jalan yang lurus. Seorang hamba harus mentaatinya, menghormati dan melaksanakan hak-haknya. Dan di antara hak-haknya adalah Allah mengkhususkan baginya sholawat dan memerintahkan kita untuk itu di dalam kitab-Nya yang agung (Al-Qur’an) dan Sunnah nabi-Nya yang mulia (Hadits).
Orang yang yang bersholawat untuknya akan memperoleh pahala yang berlipat ganda. Sungguh berbahagialah orang yang mendapatkan itu. Dan karena masalah ini memiliki urgensi yang sangat besar dan pahala yang besar pula, maka kami merasa perlu untuk mengeluarkan tulisan-tulisan sederhana ini, yang di dalamnya terdapat motivasi untuk memperbanyak sholawat dan salam untuk nabi dan rasul yang paling mulia ini.
Ya Allah! Berilah Sholawat dan Salam atas nabi dan kekasih-Mu Muhammad SAW selama siang dan malam yang silih berganti.

Pengertian Sholawat dan Salam atas nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
Allah subhaanhu wa ta’aala berfirman:
 إنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا 
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Q.S. Al-Ahzab: 56)
Ibnu Katsir-Rahimahullah- berkata: “Maksud ayat ini adalah bahwa Allah subhaanhu wa ta’aala mengabarkan kepada hamba-hamba-Nya tentang kedudukan hamba dan nabi-Nya (Muhammad SAW) di sisi-Nya di langit di mana malaikat-malaikat bersholawat untuknya, lalu Allah subhaanhu wa ta’aala memerintahkan makhluk-makhluk yang ada di bumi untuk bersholawat dan salam untuknya, agar pujian tersebut berkumpul untuknya dari seluruh alam baik yang ada di atas maupun yang ada di bawah.”
Ibnul Qoyyim -Rahimahullah- berkata dalam buku “Jalaul Afham”: “Artinya bahwa jika Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk rasul-Nya, maka hendaklah kalian juga bersholawat dan salam untuknya karena kalian telah mendapatkan berkah risalah dan usahanya, seperti kemuliaan di dunia dan di akhirat.”
Banyak pendapat tentang pengertian Sholawat untuk nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
, dan yang benar adalah seperti apa yang dikatakan oleh Abul Aliyah: “Sesungguhnya Sholawat dari Allah itu adalah berupa pujian bagi orang yang bersholawat untuk beliau di sisi malaikat-malaikat yang dekat” -Imam Bukhari meriwayatkannya dalam Shohihnya dengan komentar yang kuat- Dan ini adalah mengkhususkan dari rahmat-Nya yang bersifat umum. Pendapat ini diperkuat oleh syekh Muhammad bin ‘Utsaimin.
Salam: Artinya keselamatan dari segala kekurangan dan bahaya, karena dengan merangkaikan salam itu dengan sholawat maka kitapun mendapatkan apa yang kita inginkan dan terhapuslah apa yang kita takutkan. Jadi dengan salam maka apa yang kita takutkan menjadi hilang dan bersih dari kekurangan dan dengan sholawat maka apa yang kita inginkan menjadi terpenuhi dan lebih sempurna. Demikian yang dikatakan oleh Syekh Muhammad bin ‘Utsaimin.

Hukum Sholawat Untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
Menurut madzhab Hanbaliy, sholawat dalam tasyahhud akhir itu adalah termasuk di antara rukun-rukun sholat.
Al-Qodhi Abu Bakar bin Bakir berkata: “Allah subhaanhu wa ta’aala telah mewajibkan makhluk-Nya untuk bersholawat dan salam untuk nabi-Nya, dan tidak menjadikan itu dalam waktu tertentu saja. Jadi yang wajib adalah hendaklah seseorang memperbanyak sholawat dan salam untuk beliau dan tidak melalaikannya.”
Saat-Saat Yang Disunnahkan dan Dianjurkan Membaca Sholawat dan Salam Untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
1. Sebelum berdoa:
Fadhalah bin ‘Abid berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendengar seorang laki-laki berdoa dalam sholatnya, tetapi tidak bersholawat untuk nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, maka beliau bersabda: “Orang ini tergesa-gesa” Lalu beliau memanggil orang tersebut dan bersabda kepadanya dan kepada yang lainnya:
((إذَا صَلَّى أحَدُكُمْ فَلْيَبْدَأْ بِتَحْمِيدِ اللهِ وَالثَّنَاءِ عَلَيهِ ، ثُمَّ يُصَلِّي عَلَى النَّبِيِّ ، ثُمَّ لِيَدْعُ بَعْدُ بِمَا شَاءَ))
“Bila salah seorang di antara kalian sholat (berdoa) maka hendaklah ia memulainya dengan pujian dan sanjungan kepada Allah lalu bersholawat untuk nabi, kemudian berdoa setelah itu dengan apa saja yang ia inginkan.” [H.R. Abu Daud, Tirmidzi, Ahmad dan Hakim]
Dalam salah satu hadits disebutkan:
((الدُّعَاءُ مَحْجُوبٌ حَتَّى يُصَلِّيَ الدَّاعِي عَلَى النَّبِيّ صلى الله عليه وسلم ))
“Doa itu terhalangi, hingga orang yang berdoa itu bersholawat untuk nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.” [H.R. Thabarani]
Ibnu ‘Atha berkata: “Doa itu memiliki rukun-rukun, sayap-sayap, sebab-sebab dan waktu-waktu. Bila bertepatan dengan rukun-rukunnya maka doa itu menjadi kuat, bila sesuai dengan sayap-sayapnya maka ia akan terbang ke langit, bila sesuai dengan waktu-waktunya maka ia akan beruntung dan bila bertepatan dengan sebab-sebabnya maka ia akan berhasil.”
Adapun rukun-rukunnya adalah menghadirkan hati, perasaan tunduk, ketenangan, kekhusyu’an, dan ketergantungan hati kepada Allah, sayap-sayapnya adalah jujur, waktu-waktunya adalah di saat sahur dan sebab-sebabnya adalah sholawat untuk nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
2. Ketika menyebut, mendengar dan menulis nama beliau:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
((رَغَمَ أَنْفُ رَجُلٍ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ))
“Celakalah seseorang yang namaku disebutkan di sisinya lalu ia tidak bersholawat untukku.” [H.R. Tirmidzi dan Hakim]
3. Memperbanyak sholawat untuknya pada hari Jum’at:
Dari ‘Aus bin ‘Aus berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
((إنَّ أفْضَلَ أيَّامِكُمْ يَوُمُ الجُمْعَةِ فَأَكْثِرُوا عَلَيَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِيهِ فَإِنَّ صَلاَتَكُمْ مَعْرُوضَةٌ عَلَيَّ …))
“Sesungguhnya di antara hari-hari yang paling afdhal adalah hari Jum’at, maka perbanyaklah sholawat untukku pada hari itu, karena sholawat kalian akan sampai kepadaku……” [R. Abu Daud, Ahmad dan Hakim]
4. Sholawat untuk nabi ketika menulis surat dan apa yang ditulis setelah Basmalah:
Al-Qodhi ‘Iyadh berkata: “Inilah saat-saat yang tepat untuk bersholawat yang telah banyak dilakukan oleh umat ini tanpa ada yang menentang dan mengingkarinya. Dan tidak pula pada periode-periode awal. Lalu terjadi penambahan pada masa pemerintahan Bani Hasyim -Daulah ‘Abbasiah- lalu diamalkan oleh umat manusia di seluruh dunia.”
Dan di antara mereka ada pula yang mengakhiri bukunya dengan sholawat.
5. Ketika masuk dan keluar mesjid:
Dari Fatimah -Radhiyallahu ‘Anha- berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bila anda masuk mesjid, maka ucapkanlah:
((بِسْمِ اللهِ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُولِ اللهِ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَاغْفِرْ لَنَا وَسَهِّلْ لَنَا أبْوَابَ رَحْمَتِكَ))
”Dengan nama Allah, salam untuk Rasulullah, ya Allah sholawatlah untuk Muhammad dan keluarga Muhammad, ampunilah kami dan mudahkanlah bagi kami pintu-pintu rahmat-Mu.”
“Dan bila keluar dari mesjid maka ucapkanlah itu, tapi (pada penggalan akhir) diganti dengan:
((وَسَهِّلْ لَنَا أبْوَابَ فَضْلِكَ))
“Dan permudahlah bagi kami pintu-pintu karunia-Mu.” [H.R. Ibnu Majah dan Tirmidzi]

Cara Sholawat dan Salam Untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
Allah shallallahu ‘alaihi wasallam berfirman:
} إنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا {
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Q.S. Al-Ahzab: 56)
Jadi yang utama adalah dengan menggandengkan sholawat dan salam bersama-sama, dengan harapan agar doanya dapat dikabulkan oleh Allah shallallahu ‘alaihi wasallam Inilah bentuk sholawat dan salam untuk beliau shallallahu ‘alaihi wasallam Dari Abi Muhammad bin ‘Ajrah -Radhiyallahu ‘Anhu- berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar kepada kami, lalu saya berkata: “Wahai Rasulullah! Kami telah mengetahui bagaimana kami memberi salam kepadamu, maka bagaimana kami bersholawat untukmu?” Maka beliau bersabda: “Katakanlah:
((اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إبْرَاهِيمَ إنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ))
“Ya Allah! Berkatilah Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberkati keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkaulah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah.” [Muttafqun ‘Alaihi]
Dan dari Abi Hamid As-Sa’id -Radhiyallahu ‘Anhu- berkata: “Mereka bertanya: “Ya Rasulullah bagaimana kami bersholawat untukmu? Beliau menjawab: “Katakanlah:
((اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إبْرَاهِيمَ ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إبْرَاهِيمَ ، إنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ))
“Ya Allah! Berilah sholawat untuk Muhammad, istri-istri dan keturunannya, sebagaimana Engkau memberi sholawat untuk Ibrahim. Berkatilah Muhammad, istri-istri dan keturunannya, sebagaimana Engkau memberkati Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Pemurah.” [Muttafaqun ‘Alaihi]
Kedua hadits ini menunjukkan bentuk sholawat yang sempurna untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Keutamaan Sholawat dan Salam Untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
Dari Umar -Radhiyallahu ‘Anhu berkata: “Saya telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
((إذَا سَمِعْتُمُ المُؤَذِّنَ فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ وَصَلُّوا عَلَيَّ فَإنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ مَرَّةً وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشْرًا ثُمَّ سَلُوا لِي الوَسِيلَةَ فَإنَّهَا مَنْزِلَةٌ فِي الجَنَّةِ لاَ تَنْبَغِي إلاَّ لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللهِ وَأرْجُو أنْ أكُونَ هُوَ فَمَنْ سَأَلَ لِي الوَسِيلَةَ حَلَّتْ عَلَيْهِ الشَّفَاعَةُ))
“Jika kalian mendengar orang yang adzan maka ucapkanlah seperti apa yang ia ucapkan dan bersholawatlah untukku karena barangsiapa yang bersholawat untukku sekali maka Allah akan bersholawat untuknya sepuluh kali, kemudian mintalah wasilah (kedudukan mulia di surga) untukku, karena ia adalah suatu kedudukan di surga yang tidak pantas diberikan kecuali kepada seorang hamba dari hamba-hamba Allah dan semoga akulah hamba itu, maka barangsiapa yang memohon untukku wasilah maka ia berhak mendapatkan syafa’at.” [H.R. Muslim]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
((مَنْ صَلَّى عَلَيَّ حِيْنَ يُصْبِحُ عَشْرًا وَحِينَ يُمْسِي عَشْرًا أدْرَكَتْهُ شَفَاعَتِي))
“Barangsiapa yang bersholawat untukku di waktu pagi sepuluh kali dan di waktu sore sepuluh kali, maka ia berhak mendapatkan syafa’atku.” [H.R. Thabarani]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
((مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا))
“Barangsiapa yang bersholawat atasku sekali, maka Allah akan bersholawat untuknya sepuluh kali.” [H.R. Muslim, Ahmad dan perawi hadits yang tiga]
Dan dari Abdurrahman bin ‘Auf -Radhiyallahu ‘Anhu- berkata: “Saya telah mendatangi nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika ia sedang sujud dan memperpanjang sujudnya. Beliau bersabda:“Saya telah didatangi Jibril, ia berkata: “Barangsiapa yang bersholawat untukmu, maka saya akan bersholawat untuknya dan barangsiapa yang memberi salam untukmu maka saya akan memberi salam untuknya, maka sayapun bersujud karena bersyukur kepada Allah.” [H.R. Hakim, Ahmad dan Jahadhmiy]
Ya’qub bin Zaid bin Tholhah At-Taimiy berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Telah datang kepadaku (malaikat) dari Tuhanku dan berkata: “Tidaklah seorang hamba yang bersholawat untukmu sekali kecuali Allah akan bersholawat untuknya sepuluh kali.” Maka seseorang menuju kepadanya dan bertanya: “Ya Rasulullah! Apakah saya jadikan seperdua doaku untukmu?” Beliau menjawab: “Jika anda mau”. Lalu bertanya: “Apakah saya jadikan sepertiga doaku?” Beliau bersabda: “Jika anda mau” Ia bertanya: “Kalau saya jadikan seluruh doaku?” Beliau bersabda: “Jika demikian maka cukuplah Allah sebagai motivasi dunia dan akhiratmu.” [H.R. Al-Jahdhami, Al-Albani berkata: “Hadits Mursal dengan Isnad yang Shohih]
Dari Abdullah bin Mas’ud dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
((إنَّ للهِ مَلاَئِكَةً سَيَّاحِينَ يُبَلِّغُونَنِي مِنْ أُمَّتِي السَّلاَمَ))
“Sesungguhnya Allah memiliki malaikat-malaikat yang berkeliling menyampaikan salam kepadaku dari umatku.” [H.R. Nasa’i dan Hakim]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang bersholawat untukku sekali maka Allah akan bersholawat untuknya sepuluh kali, diampuni sepuluh dosa-dosanya dan diangkat baginya sepuluh derajat.” [H.R. Ahmad dan Bukhari, Nasa’i dan Hakim dan ditashih oleh Al-Albani]
Hadits marfu’ dari Ibnu Mas’ud: “Manusia yang paling utama di sisiku pada hari kiamat adalah orang yang paling banyak bersholawat untukku.” [H.R. Tirmidzi dan berkata: “Hasan ghorib dan H.R. Ibnu Hibban]
Dari Jabir bin Abdullah berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang ketika mendengarkan adzan membaca:
((اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ القَائِمَةِ ، آتِ مُحَمَّدًا الوَسِيلَةَ وَالفَضِيلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الَّذِي وَعَدْتَهُ))
“Ya Allah! Tuhan pemilik adzan yang sempurna ini dan sholat yang ditegakkan, berilah Muhammad wasilah dan fadhilah dan bangkitkanlah ia pada tempat terpuji yang telah Engkau janjikan untuknya.”
Maka ia berhak mendapatkan syafa’at pada hari kiamat.” [H.R. Bukhari dalam shohihnya]

Celaan Bagi Yang Tidak Bersholawat Untuk Nabi.
Dari Abu Huraerah -Radhiyallahu ‘Anhu-­ berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Celakalah seseorang yang jika namaku disebut di sisinya ia tidak bersholawat untukku, celakalah seseorang, ia memasuki bulan Ramadhan kemudian keluar sebelum ia diampuni, celakalah seseorang, kedua orang tuanya telah tua tetapi keduanya tidak memasukkannya ke dalam surga.” Abdurrahman salah seorang perawi hadits dan Abdurrahman bin Ishak berkata: “Saya kira ia berkata: “Atau salah seorang di antara keduanya” [H.R. Tirmidzi dan Bazzar]
Dari Ali bin Abi Thalib, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
((البَخِيلُ كُلَّ البُخْلِ الَّذِي ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ))
“Orang yang paling bakhil adalah seseorang yang jika namaku disebut ia tidak bersholawat untukku.” [H.R. Nasa’i, Tirmidzi dan Thabaraniy]
Dari Ibnu Abbas, Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
((مَنْ نَسِيَ الصَّلاَةَ عَلَيَّ خُطِئَ طَرِيقَ الجَنَّةَ))
“Barangsiapa yang lupa mengucapkan sholawat untukku maka ia telah menyalahi jalan surga.” [Telah ditashih oleh Al-Albani]
Dari Abu Hurairah, Abul Qosim bersabda: “Suatu kaum yang duduk pada suatu majelis lalu mereka bubar sebelum dzikir kepada Allah dan bersholawat untuk nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, maka Allah akan menimpakan kebatilan atas mereka, bila Ia menghendaki maka mereka akan disiksa dan bila Ia menghendaki maka mereka akan diampuni.” [H.R. Tirmidzi dan mentahsinnya serta Abu Daud]
Diriwayatkan oleh Abu Isa Tirmidzi dari sebagian ulama berkata: “Jika seseorang bersholawat untuk nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sekali dalam suatu majelis, maka itu sudah memadai dalam majelis tersebut.”

Faedah dan Buah Sholawat Untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
Ibnul Qoyyim menyebutkan 39 manfaat sholawat untuk nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, di antaranya adalah sebagai berikut:
  1. 1.Melaksanakan perintah Allah subhaanahu wa ta’aala
  2. Mendapatkan sepuluh sholawat dari Allah bagi yang membaca sholawat satu kali. 
  3. Ditulis baginya sepuluh kebaikan dan dihapus darinya sepuluh kejahatan. 
  4. Diangkat baginya sepuluh derajat. 
  5. Kemungkinan doanya terkabul bila ia mendahuluinya dengan sholawat, dan doanya akan naik menuju kepada Tuhan semesta alam. 
  6. Penyebab mendapatkan syafa’at Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bila diiringi oleh permintaan wasilah untuknya atau tanpa diiringi olehnya. 
  7. Penyebab mendapatkan pengampunan dosa. 
  8. Dicukupi oleh Allah apa yang diinginkannya. 
  9. Mendekatkan hamba dengan nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pada hari kiamat. 
  10. Menyebabkan Allah dan malaikat-Nya bersholawat untuk orang yang bersholawat. 
  11. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab sholawat dan salam orang yang bersholawat untuknya. 
  12. Mengharumkan majelis dan agar ia tidak kembali kepada keluarganya dalam keadaan menyesal pada hari kiamat. 
  13. Menghilangkan kefakiran. 
  14. Menghapus predikat “kikir” dari seorang hamba jika ia bersholawat untuk nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika namanya disebut. 
  15. Orang yang bersholawat akan mendapatkan pujian yang baik dari Allah di antara penghuni langit dan bumi, karena orang yang bersholawat, memohon kepada Allah agar memuji, menghormati dan memuliakan rasul-Nya, maka balasan untuknya sama dengan yang ia mohonkan, maka hasilnya sama dengan apa yang diperoleh oleh rasul-Nya. 
  16. Akan mendapatkan berkah pada dirinya, pekerjaannya, umurnya dan kemaslahatannya, karena orang yang bersholawat itu memohon kepada Tuhannya agar memberkati nabi-Nya dan keluarganya, dan doa ini terkabul dan balasannya sama dengan permohonannya. 
  17. Nama orang yang bersholawat itu akan disebutkan dan diingat di sisi Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam seperti penjelasan terdahulu, sabda Rasul: “Sesungguhnya sholawat kalian akan diperdengarkan kepadaku.” Sabda beliau yang lain: “Sesungguhnya Allah mewakilkan malaikat di kuburku yang menyampaikan kepadaku salam dari umatku.” Dan cukuplah seorang hamba mendapatkan kehormatan bila namanya disebut dengan kebaikan di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
  18. Meneguhkan kedua kaki di atas Shirath dan melewatinya berdasarkan hadits Abdurrahman bin Samirah yang diriwayatkan oleh Said bin Musayyib tentang mimpi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Saya melihat seorang di antara umatku merangkak di atas Shirath dan kadang-kadang berpegangan lalu sholawatnya untukku datang dan membantunya berdiri dengan kedua kakinya lalu menyelamatkannya.” [H.R. Abu Musa Al-Madiniy] 
  19. Akan senantiasa mendapatkan cinta Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahkan bertambah dan berlipat ganda. Dan itu termasuk ikatan Iman yang tidak sempurna kecuali dengannya, karena seorang hamba bila senantiasa menyebut nama kekasihnya, menghadirkan dalam hati segala kebaikan-kebaikannya yang melahirkan cinta, maka cintanya itu akan semakin berlipat dan rasa rindu kepadanya akan semakin bertambah, bahkan akan menguasai seluruh hatinya. Tetapi bila ia menolak mengingat dan menghadirkannya dalam hati, maka cintanya akan berkurang dari hatinya. Tidak ada yang lebih disenangi oleh seorang pecinta kecuali melihat orang yang dicintainya dan tiada yang lebih dicintai hatinya kecuali dengan menyebut kebaikan-kebaikannya. Bertambah dan berkurangnya cinta itu tergantung kadar cintanya di dalam hati, dan keadaan lahir menunjukkan hal itu. 
  20. Akan mendapatkan petunjuk dan hati yang hidup. Semakin banyak ia bersholawat dan menyebut nabi, maka cintanyapun semakin bergemuruh di dalam hatinya sehingga tidak ada lagi di dalam hatinya penolakan terhadap perintah-perintahnya, tidak ada lagi keraguan terhadap apa-apa yang dibawanya, bahkan hal tersebut telah tertulis di dalam hatinya, menerima petunjuk, kemenangan dan berbagai jenis ilmu darinya. Ulama-ulama yang mengetahui dan mengikuti sunnah dan jalan hidup beliau, setiap pengetahuan mereka bertambah tentang apa yang beliau bawa, maka bertambah pula cinta dan pengetahuan mereka tentang hakekat sholawat yang diinginkan untuknya dari Allah.

Shalawat dan salam untuk nabi kita Muhammad, keluarga dan para sahabatnya, sampai akhir zaman. Amin.